"Apa Kabar Hati?" part 2

Tok! Tok! Tok!
Hati berjalan mendekati jendela. Diintipnya dari balik gorden siapakah gerangan yang datang ke rumahnya. Lagi-lagi dia. Si Pengetuk Pintu yang sering datang dan pergi. Kali ini Hati diam. Tak berusaha untuk menjawab. Dan tak juga berusaha mendekati pintu. Hati sudah lelah dengannya yang datang dan pergi.
"Hati, apa kau ada di dalam?" tanyanya dari balik pintu.
Tak ada jawaban.
"Aku tau kau ada di rumah. Maaf, bila kedatanganku sering mengganggumu. Maaf, bila aku sering datang dan pergi. Kali ini.. kali ini.. bolehkah aku berkunjung ke rumahmu? Maksduku, maukah kau membukakanku pintu untukku?"
Hati masih tak bergeming. 
"Mungkin kau sedang istirahat di dalam, atau mungkin sedang sibuk. Aku akan menunggumu.."

Kali ini pengetuk pintu itu tidak pergi. Dia masih tetap di balik pintu, duduk dengan memeluk lututnya..

"Hati, apakah kau masih sibuk?" tanyanya.
"Hati, taukah kau cerita Adam dan Hawa? Ah, bodohnya aku. Tentu saja kau tau itu. Seperti yang kau tau, Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Kamu tau kenapa Hawa diciptakan dari rusuk kiri? Karena bila diciptakan dari tulang ubun, terlalu berbahaya membiarkannya dalam sanjung dan puja. Hawa juga tidak diciptakan dari tulang kaki, karena terlalu nista untuk diinjak dan diperbudak. Tetapi diciptakan dari rusuk kiri yang dekat hati untuk dicintai dan dekat tangan untuk dilindungi. Seperti kamu yang selalu ada di hatiku."
Hati tak menjawab. Dia hanya tersenyum mendengar kata-kata itu..

"Hati, aku tau. Kau pasti lelah untuk mendengarkan ketukan pintu dariku. Atau suaraku dari balik pintu ini. Mungkin karna itu pula kau tak menyahut. Ya, kan?"
"Hati, mungkin aku gila. Tapi aku bisa merasakan kehadiranmu di sini. Karena itu aku mau menunggumu sampai kau membukakan pintu untukku."

Pengetuk Pintu itu masih juga di sana. Di balik pintu. Menunggu Hati keluar. Kadang dia mencoba mengajak Hati bicara. Tapi seperti yang sebelumnya, Hati tak kunjung menjawab.

Waktu pun berlalu. Tak terasa siang pun berganti malam. Dan Pengetuk Pintu itu masih ada di sana.

"Hati, apakah kau marah denganku? Maafkan aku."

Malam semakin larut dan akhirnya.. pagi pun menjelang..
Hati berjalan mendekati jendela, dan mengitip dari balik jendela. Pengetuk Pintu itu masih ada di sana.

"Selamat pagi, Hati. Kau sudah bangun?" tanyanya.
"Biar saja, sebentar lagi dia pasti pergi,"batin Hati.
Seakan mendengar apa yang dibatin Hati saat itu, pengetu pintu itu berkata..
"Bila kau mengira hari ini aku akan pergi. Kau salah Hati."
Deg! Kali ini Hati bimbang. Berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam otaknya. Haruskah dia membukakan pintu? Bila ya, bagaimana bila pintu itu terbuka ternyata dia tak ada di sana seperti sebelum-sebelumnya? Dia benar-benar dibuat galau olehnya. 

"Hati? Tidak jugakah kau mau membukakan pintu untukku?"

Kali ini...
"Untuk apa kau datang kemari?" tanya Hati untu yang pertama kalinya.
"Tentu saja untuk menemuimu."
"Kenapa kau tak kunjung pergi? Bukankah aku tak pernah  sekalipun menggubrismu kemarin.?"
"Karna aku yakin kau ada di rumah dan mau membalas pembicaraanku."
"Kenapa kau bisa seyakin itu?"
"Entahlah, aku hanya merasakannya saja. Dan aku benar bukan? Akhirnya kau mau menjawabku."
"Semestinya kau pergi saja," jawab Hati sambil membukakan pintu. Ya! Pintu itu akhirnya terbuka.

Pengetuk pintu itu berdiri di depan pintu sambil tersenyum manis.
"Apa kabar, Hati?" tanyanya.
"Baik," jawab Hati sambil tersenyum pula.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya pengetuk pintu itu masuk ke dalam rumah hati. Membawa sesuatu yang baru untuk Hati. 
***

"Hati, taukah kau? Mungkin alasan Tuhan membawaku ke sini karena aku harus menemui tulang rusukku yang hilang."

Previous
Next Post »
1 Komentar
avatar

lely.....
terima kasih...
setidaknya kau memberiku keberanian lagi utk melakukan hal yang sama seperti sang pengetuk pintu yang ada di kisahmu ini.... :)

arrigatou lel :)

Balas