Brave

Brave
Ini adalah salah satu film favoritku. Mau ditonton berkali-kali juga gak bosen-bosen. Mungkin karna film ini "gue banget" kali yaa. Ya sih, aku gak terlibat perjodohan antar kerajaan kayak Princess Merida. Tapi dari karakternya miriip banget. Kondisi antara Merida sama ibunya ini juga rasa-rasanya mirip, sama-sama keras kepala dan gak mau denger satu sama lain. Oops, nyerocos terus nih. Buat yang belum pernah nonton mungkin sinopsis ini bisa membantu.

Seorang putri muda bernama Merida dari klan Dunbroch diberikan busur oleh ayahnya, Raja Fergus, untuk ulang tahunnya, kecewa ibunya Ratu Elinor. Sementara berlatih, Merida usaha ke hutan untuk mengambil sebuah panah nyasar, di mana dia bertemu dengan will-o'-the-wisp. Segera setelah itu, Mor'du, raksasa setan-beruang, menyerang keluarga. Merida dan Elinor pergi menyelamatkan diri, sementara Fergus bertempur melawan beruang. Kemenangan Fergus melawan beruang itu membuatnya menjadi Legenda.

Sekarang Merida tumbuh menjadi seorang gadis berjiwa bebas dan keras kepala dengan 3 saudara kembar identik. Suatu siang, Merida diberitahu bahwa dia akan bertunangan dengan salah satu klan sekutu ayahnya. Merida pun menolak perjodohan itu. Tapi penolakan itu diabaikan oleh ibunya, Elinor. Elinor beranggapan bahwa kegagalan pertunangan itu akan sangat berbahaya bagi Kerajaan Dunbroch.

Klan-klan rival pun datang dengan anak sulung mereka untuk bersaing di Highland Games untuk memenangkan Merida. Tapi Merida, memutar aturan, ia mengumumkan bahwa dia memenuhi syarat sebagai anak sulung dari Clan Dunbroch dan akan mengalahkan masing-masing pelamar dalam kontes memanah tersebut. Tindakannya ini membuat Elinor sangat marah. Menurut Elinor, Merida telah mempermalukan klan lainnya. Merida yang sangat amat tidak puas dengan ibunya pergi ke hutan. Di hutan, Merida bertemu lagi dengan wisp yang menuntunnya ke pondok dari penyihir tua yang menyamar sebagai pemahat kayu. Setelah beberapa tawar-menawar, penyihir setuju untuk memberikan Merida kue terpesona untuk mengubah pikiran ibunya.

Merida pun kembali ke istana untuk memberikan kue ke Elinor. Tanpa Merida sangka, ternyata kue itu telah mengubah ibunya menjadi seekor beruang hitam. Menyadari kesalahan besarnya, Merida pun membawa Elinor keluar istana untuk mencari penyihir tua itu lagi. Sayangnya, penyihir itu sudah tak ada lagi di tempat. Dia hanya memberikan bebarapa klu untuk dapat mematahkan mantra yang ada.

Di tengah keputus-asaannya, lagi-lagi Merida bertemu dengan wisp. Kali ini wisp itu menuntunnya ke reruntuhan Kerajaan. Di sana lah dia bertemu kembali dengan Mordu. Pertemuan Merida dengan Mordu membuat Merida mengerti bahwa Mordu sebenarnya adalah salah satu putra dari kerajaan tersebut yang berubah karena mantra yang sama seperti yang diberikan Merida ke Elinor, ibunya. Merida pun mengerti bagaimana cara mengembalikan mantra tersebut. Dia harus kembali ke istana untuk memperbaiki permadani yang telah dirusaknya sebelum ia lari ke hutan.

Di kastil, klan-klan yang ada sedang berada di ambang perang. Tapi Merida berhasil menyela pertempuran mereka dan menyatakan bahwa anak-anak harus diperbolehkan untuk menikah dalam waktu yang mereka inginkan dan dengan siapa saja yang mereka pilih. Klan-klan itu pun setuju, mereka pun memperkuat persahabtan mereka dengan melanggar tradisi yang ada. Merida kemudian menyelinap ke ruang tempat penyimpanan permadani bersama dengan Elinor. Sayangnya, tiba-tiba saja Elinor kehilangan kontrol diri. Dia bertingkat seperti seekor beruang. Keberadaan Elinor dengan wujud beruang itu disadari oleh Fergu. Ferdu mengira bahwa beruang itu adalah Mor'du. Fergu pun menyerang beruang itu. Elinor yang kehilangan penguasaan dirinya menyerang Forgu dan melukai Merida. Ketika dia sadar, dia memilih menjauh dari mereka. Elinor lari ke hutan.

Sementara itu, Merida berusaha keras meyakinkan ayahnya bahwa beruang itu bukan Mor'du, tapi istrinya. Tapi Fergu tak percaya, dia menganggap Merida mulai kehilangan akalnya. Sehingga Fergu harus mengurungnya di dalam ruangan itu sebelum dia kembali mengejar beruang itu. Dalam ruangan itu, Merida berusaha keras untuk bisa keluar. Sayangnya, dia tak berhasil. Di tengah keputus-asaannya, dia mengetahui bahwa 3 adik laki-lakinya pun kini berubah menjadi 3 ekor anak beruang. Merida pun meminta mereka untuk mengambilkan kunci di salah satu pelayan istana.

Setelah berhasil keluar, Merida berusaha mengejar ayahnya sambil memperbaiki permadani yang telah dia robek sebelumnya. Sementara itu Elinor sedang berusaha keras melepaskan diri dari klan-klan yang tengah mengejarnya. Sayangnya, Elinor tak berhasil lolos. Fergu berhasil menangkapnya. Fergu yang geram karna istrinya telah dibunuh berusaha membunuh beruang itu. Untungnya, Merida berhasil menggagalkannya. Merida pun harus bertarung dengan ayahnya hingga ayahnya sadar bahwa beruang itu adalah Elinor.

Belum sepenuhnya mengerti dengan kondisi tersebut, Mor'du pun datang. Dia berusaha menyerang klan-klan itu. Elinor yang melihat putrinya akan dibunuh berusaha menyeranh kembali Mor'du. Pertempuran itu pun terjadi. AKhirnya, Mor'du berhasil dibunuh. Seketika itu muncullah sosok pangeran yang selama ini menjelma dalam bentuk beruang hitam.

Ketika matahari terbit yang kedua, Merida berusaha mengubah kembali ibunya. Ratu dan ketiga pangeran kecil itu pun berubah menjadi manusia kembali. Setelah kejadian itu, Merida dan ibunya bisa semakin mengerti satu sama lain.

Kontroversi Fashion Hijab

Sebenernya hasrat pengen nulis ini itu karna merasa abis disenggol sama artikel dari blog sebelah. Buat yang pengen baca, silahkan klik di sini

Sebagian besar dari apa yang dia tulis, aku setuju banget. Dan mungkin gak cuma aku aja kali yaa...

Sudah jadi kodratnya kalo yang namanya wanita itu ya pengen keliatan cantik. Itu sudah pasti. Sudah gawan bayinya. Bahkan cewek yang tomboy sekalipun. Pada akhirnya mereka pun pasti kepingin juga tampil cantik, dengan caranya sendiri tentunya. Mmmm... Bisa dibilang, ketika wanita beranjak dewasa maka keinginannya buat peduli dengan penampilan itu akan semakin tinggi. Tentunya ini disesuaikan dengan selera masing-masing yaa. Dan standart masing-masing orang pasti juga beda-beda. Miss Cuek, mungkin akan berdandan sesimpel mungkin, karna mungkiin menurutnya itu dandanan yang paling "gue banget". Tapi jangan dibandingin sama Princess Perfect yang sering dandan ala boneka Barbie karna itu pasti salah satunya bakal kebanting (tinggal liat dari kacamata mana liatnya). Gak terkecuali cewek-cewek muslim tentunya.

Mulai dari model baju, sepatu, aksesoris, tas, rambut, hijab, make up, dan bla bla bla terus-terusan diupdate biar keliatan gaul dan cantik. Tapi mungkin fashion yang berkembang di Indonesia beberapa tahun sebelum (bahkan sekarang pun masih) banyak menampilkan baju-baju yang minim kain atau yang lebih familiar dengan sebutan sexy, akhirnya banyak wanita muslim yang pikir-pikir ulang buat pake hijab. Kalo pake hijab panas, keliatan kuno, gak gaul, dan macam-macam opini lain. Akhirnya, beberapa tahun terakhir (tahun launchingnya aku gak ngeh, hehhe) mulai muncul yang namanya fashion hijab. Kalo muncul aja sih, sebenernya dari dulu juga udah ada. Tapi makin santer sejak ada designer-designer fashion muslim. Ya mereka ini yang sekaligus bawa aneka macem model hijab. Sebenernya ada bagusnya sih, karna sebenernya image awal yang pengen mereka tanamkan itu ini.
"Jangan takut keliatan kuno atau kampungan dengan berhijab. Karena sekarang dengan berhijab pun wanita bisa keliatan modis, cantik, dan tentunya tetep syar'i."
Dari fashion show, ke berkembangnya butik-butik baju muslimah, trus hijab tutorial dari pelosok negeri yang ditampilkan melalui berbagai media. Alhasil, ya jangan heran juga kalo makin banyak cewek-cewek yang mulai pake jilbab. Gak cuma banyak, tapi banget. Kenaikannya bisa dibilang drastis banget. Sebagai muslimah, aku pribadi seneng. Alhamdulillah kalo akhirnya banyak yang mau pake hijab.
Iseng iseng search gambar "hijab" di google dan munculnya yang kayak begini

Fashion hijab, awalnya memang nampak sebagai solusi baru yang mengatasi susahnya ngajak orang buat berhijab. Tapi lambat laun sepertinya mulai melebihi porsinya. Kreatifitas pun harus dibatasi oleh norma-norma agama, kan? Pemakaiannya mulai banyak yang keliru. Konsep hijab modis nan syar'i pun jadi makin salah kaprah. Kalo dulu masalahnya kayak gini
"Pake hijab kok bajunya ketat banget? | Pake hijab kok hijabnya gak nutup dada? | Pake hijab kok auratnya masih ada yang keliatan? | bla bla bla ..."
Sekarang malah nambah lagi..
"Kok ada punuk untanya?"
Jadinya malah kayak pegadaian, mengatasi masalah dengan masalah (catatan: Seharusnya mengatasi masalah tanpa masalah, tapi yang namanya gadaiin barang pastinya bakal munculin masalah baru lah. Kan hutang dengan jaminan barang berharga, itu kan masalah, ya kan?).

Harusnya kan gak gitu. Solusi konkrit itu sebenernya satu, kesadaran buat mau sami'na wa ato'na ke perintah-perintah Allah yang udah jelas ada di Al Quran. Tentang bagaimana seharusnya berhijab. Kan perintahnya jelas, untuk muslimah, hijabnya terulur menutup dada, tidak membentuk punuk unta. Jelas banget kan? Tapi tetep aja minta kortingan ke Allah. "Ya Allah, kalo lengannya 7/8 gpp kan ya? kan kebukanya dikit doang." "Ya Allah, kalo rambutnya diganjal dikit gpp kan yaa.. biar hijabnya jatuhnya bagusan dikit." "Ya Allah, kalo pake make up tebelan dikit gpp kan ya? Kan sekali-kali doang." Astaghfirullah..

Ngaku deh, aku juga kadang masih jadi salah satu di antaranya kok. Hehehehehe...

Jadi inget sama salah satu postingan di fb beberapa bulan yang lalu. Di situ temenku nge-share fotonya biarawati yang pake hijab (sebut aja gitu, aku gak tau mereka nyebutnya apa). Trus di bawah foto itu ada salah satu ayat yang nyebutin tentang kemiripan dengan suatu kaum tertentu. Dulu, pas aku baca postingan itu ati langsung deg!. Sekarang kalo dipikir-pikir lagi, bukannya mereka yang niru kaum muslim? Sekalipun mereka kaum nasrani, tapi pakaian yang dipakai justru seperti yang ada di Al Quran. Gak ketat, gak ada punuk untanya, gak pake make up tebel, nutup dada juga. Kebetulan yang ngepost temenku yang masih belum berhijab. Dia nambahin komentar di foto yang dia share itu yang kurang lebih bilang kalo dia beruntung bukan jadi sebagian dari mereka. Lucu kan? Kalo yang pake jilbab aja masih dibilang mirip orang kafir, nah yang gak pake gimana dong? Gak perlu dijawab kali yaa.. Kan udah pada ngerti, ya kan?

Yah, itulah tentang sekelumit kontroversi yang ada. Satu sisi baik, tapi satu sisi juga mengkhawatirkan. Kalau yang agama lain aja bisa nulis sepanjang itu di blognya, kan kesannya gimana gitu. Yuk, mari berbenah. Gak perlu nurut apa kata trend, tapi nurut apa kata Al Quran yang udah pasti bener.

***

Nb: 
Tulisan ini bukan untuk menghakimi, sok benar, atau apapun. Karna penulis pun juga masih jauh dari kata sempurna. Di sini aku cuma ngajak buat intropeksi diri, kemudian sama-sama berbenah. Saling mengingatkan juga sih. Karna gimana pun juga liat salahnya orang lebih gampang dari pada liat salahnya sendiri. Buat yang mau kritik ato kasih saran, silahkan komen di bawah. Komen Anda berarti untuk perbaikan di masa yang akan datang :)


Hidup dalam Goa

Hidup dalam Goa
Jika Anda sekarang membayangkan saat ini aku lagi benar-benar berusaha buat survive di goa yang gelap, sempit, dan lembab. U're wrong guys. Aku masih bisa menikmati oksigen di alam dengan bebas. Aku masih bisa melihat mentari yang mulai meninggi di bangun pagi keduaku. Dan tentunya aku masih bisa melihat mentari yang mulai tergeser di tengah-tengah kesibukanku. Secara nyata memang aku tidak benar-benar tinggal di goa. Tapi ketika Anda mulai berusaha menutup mata dan telinga dengan kondisi sekitar Anda, saat itulah kegelapan ada. Mengungkung Anda, dan seakan-akan Anda sedang berada di dalam goa yang gelap, dingin, sempit, dan lembab.

Ya. Aku akui saja aku sudah mulai meninggalkan rutinitas yang dari dulu aku geluti. Organisasi. Bahkan sesuatu yang dari dulu sangat amat aku utamakan aku sudah tak peduli lagi. Beberapa dari adik tingkatku masih menghubungiku. Tepatnya MENGUNDANG untuk bisa hadir dalam salah satu forum mereka. Mereka berharap banyak padaku. Tidak, tepatnya mereka berharap mendapat "omelan" yang biasa aku berikan. Sebenernya aku sangat amat tidak suka dengan kata-kata yang merajalela di kampus kami ketika kami beranjak menjadi "mahasiswa tua". "iki wes guduk wayahku". Aku benci mendengarnya, dan aku benci bila harus menjadi salah satu bagian darinya. Bagiku, apa salahnya sih berbuat lebih untuk mereka? Toh, dulu aku bisa begini juga karna mereka. Apa salahnya sih memperbaiki yang salah? Toh, dulu aku diselamatkan dari yang salah itu. Berdalil kesibukan yang makin padat, aku menolak semua UNDANGAN itu. Sebenarnya, aku hanya tak nyaman berdiri sendiri sebagai orang yang paling tua. Kenapa? Karna akhirnya, I'm the only one yang BENAR. PADAHAL I'm not the only one. 

Dan karna aku bukan orang yang bisa duduk diam dan melihat. Mencoba menahan diri, melihat situasi yang ada, memberikan kesempatan kepada yang muda untuk mengembangkan diri, sebelum akhirnya dibenahkan. Aku memilih lebih baik tidak hadir.

Betapa pengecutnya bukan?
Ya. Ini adalah pengakuan dosa. Aku dekat. Tapi aku menutup diri. Membatasi diri untuk tidak dekat dengan mereka.

Sampai otbond pun aku tak tau apa yang terjadi di sana. Beberapa dari mereka yang hadir marah-marah. Panitia? Galau bukan makin. Ada apa? Aku dekat dengan mereka, sangat dekat. Tapi kondisi mereka pun aku tak tau. Benar-benar seperti terkungkung dalam gua bukan?

Bukan hanya itu sebenarnya. Seorang pernah berkata padaku,"apa salahnya kamu tahu hal-hal yang tidak menarik untukmu. Tentang agama lain, tentang politik, tentang ekonomi, tentang negara. Apa salahnya? Kamu lo cuma tau dan mau tau tentang ormawa dan teknologi. Selain itu? Kamu bahkan gak peduli." Dan itu benar, sodara-sodara. Salah? Tentu saja salah, Itu sama saja dengan membuat pagar untuk tidak terlalu jauh dari track yang seharusnya. Padahal, apa salahnya keluar dari jalur? Gak salah. Sama sekali tidak salah. Bahkan mungkin aku bisa mendapatkan inspirasi dari sana.

Hah, kenapa aku ini? Bisa jadi aku bukan hidup di dalam gua. Karna mereka yang hidup dalam gua pun pasti akan punya usaha untuk keluar. Mungkin ini yang paling tepat. Hatiku sudah mati, mataku sudah buta, dan telingaku tak dapat mendengar. Hingga rasa peduliku mati. Yang aku tau, dan aku pedulikan hanya diriku sendiri. Orang macam apa aku ini? Bagaimana aku bisa berbuat banyak untuk negaraku bila untuk orang-orang yang paling dekat saja aku tak bisa. Miris.

Seorang Sahabat

Seorang Sahabat
Kuliah, kerja, tugas kuliah. Seakan-akan sudah jadi rutinitas harian yang tidak bisa lagi dihindari. Bahkan rasa-rasanya seperti minum obat aja. Tiga kali sehari. Jenuh. Bosan. Itulah yang dirasakan oleh beberapa orang di antara kami. Mungkin karena kami sudah terlalu lelah dengan rutinitas yang itu-itu saja.



Kondisi yang seperti itu yang akhirnya bikin kita jadi pengen punya temen yang bisa buat ngilangin semua rasa jenuh yang berputar-putar di otak. Dan akhirnya dia datang.

Dimulai dari chat tanya tentang materi di facebook, berlanjut jadi curhat masa lalu dan yang sekarang. Begitulah kami mulai dekat. Nyambung diajak ngobrol, asyik diajak becanda, asyik buat temen BBMan, dan masih banyak lagi. Gak ada yang salah dengan yang namanya berteman, kecuali pertemanan antara laki-laki dan perempuan.

Aku pribadi awalnya tidak terlalu memusingkannya. Toh, masing-masing dari kami juga sudah punya pasangan. Masing-masing dari kami tampak begitu nyaman dengan pasangan masing-masing. Tapi nyatanya mungkin orang lain yang tau cerita ini akan berpikiran lain. Kebanyakan orang bilang, kalo dia sudah mulai bosan dengan pacarnya dan mulai mencari selingan. Dan kebetulan aja ada aku yang memang nyambung diajak ngobrol dan becanda. Sempat juga aku berpikir seperti itu, dan khayalan-khayalan mengerikan tentang si pacar yang tiba-tiba marah ke aku mulai muncul. Gileee serem bener. Bukan masalah marahnya, tapi efek jangka panjang yang diakibatkan. Apalagi pacarnya itu temen satu angkatanku. Makin parno kalo inget itu.

Satu kali aku beranikan diri untuk bertanya. Ya. Itu karna ada hal di luar yang biasanya. Semakin tidak normal.

L: "Aku mau tanya."
B: "Tanya apa? Boleh aja. Tapi jangan ngeyel yaaa.. :D"
L: "Enggak kok."
B: "Janji yaa.."
L: "Iya. Janji."
B: "Tanya apa?"
L: "Cewekmu tau kalo kita deket. Aku gak enak aja. Kalo dia salah paham itu buntutnya panjang dan bikin horor kalo bayangin itu"
B: "Dia gatau. Aku bingung gmana bilangnya. Soalnya ntar pasti dia salah paham."
L: "Nah."
....

dan dilanjutkan pertanyaan lain tentang itu. Padahal awalnya kami lagi ngotot tentang kaderisasi maba. Gara-gara pertanyaan gak terduga itu, akhirnya yang tadi kami lupain trus bahas masalah tadi lebih serius lagi.

Sebenernya ada part paling bikin sedih tapi kalo diinget-inget jadinya kok alay. hahahahaha
Intinya di ujung bbm kami dia bilang kalo mungkin akan jaga jarak sama aku. Gak akan intens kayak sebelumnya, tanya cuma kalo ada perlunya aja. Gak telpon-telpon lagi juga.

Tapi gak ngerti kenapa kesannya kami jadi kayak orang yang abis putus. Sumpah alay. hahahha..

Dan semuanya tiba-tiba aja gak berlaku lagi. Kami tetep kayak biasanya. Dengan posisi yang beda dong yaaa. Pacar-pacar kami udah tau tentang ini. Jadi mungkin sedikit lebih lega.

Ketika ...

Ketika ...
Senja mulai terbenam. Berbeda dengan tempat tinggalku yang sebelumnya, di sini setelah malam tiba justru lebih ramai dibandingkan siang hari. Tentu saja, ketika malam mulai tiba jalan ini menjadi pusat kuliner khusus untuk mahasiswa-mahasiswa perantau. Mulai dari yang punya kantong kelas bawah, menengah, hingga atas. Semua tersaji di sini. Komplit.

Ramai, ramai, dan ramai. Bukan hanya di luar sana. Tapi juga batinku. Mereka mulai ramai dengan berbagai kekhawatiran, nama kerennya galau. Sudah cukup lama kami bersama, tapi ternyata waktu yang lama itu tak menjamin bagaimana satu sama lain mengungkapkan keinginannya. Bukan berarti tak pernah dicoba, tentu saja berkali-kali sudah dicoba, tapi akhirnya selalu saja sama. Unsolve. Bukan tak bisa, tapi tak mau. 

Aku? Aku adalah satu-satunya orang yang amat sangat ingin berteriak sekencang-kencangnya di sebelah telinganya. Agar dia benar-benar mau mendengar.

Senja ini, masalah itu menyeruak kembali. Aku yang memicunya. Bodoh sekali sebenarnya menanyakan hal yang sama berulang kali, padahal sebenarnya aku tau benar apa yang akan dia jawab. "Gak mau. Nanti aja kalau waktunya udah pas."

Bisa saja aku memperpanjangnya, "mau sampai kapan? Hah?". Ingiiiiin sekali aku mengatakannya, tapi kali ini aku memilih diam. Aku sudah tau apa yang akan terjadi. Bahkan aku sudah menyalahkan diriku dan memaafkannya bila akhirnya dia mengatakan hal yang begitu mengecewakan sekaligus mengkhawatirkan. Melupakan dan mengerjakan hal lain justru lebih baik dibanding harus memperpanjang situasi ini. Ya. Tentu saja karna aku hanya akan menyakiti diriku sendiri.

Ini memang tak seperti biasanya. Mungkin dia menyadari hal ini. Mulai mengolah kode-kode yang aku berikan padanya beberapa hari terakhir. Mulai memikirkan.

Bip.
From : Z. (+85673xxxxxxx)
kamu mau aku ke rumahmu? kamu pengen tak kenalin ke keluargaku?

To : Z. (+85673xxxxxxx)
iya

From : Z.(+85673xxxxxxx)
ayo pacaran yang bener yuk kalo gitu.. yang lebih baik :)

Sebenarnya aku tak terlalu mengerti maksudnya. Tapi dari apa yang bilang, sepertinya itu pertanda baik. Aku bisa merasakannya. Sekalipun aku tak mengerti, aku bahagia saat membacanya.  

NOVEMBER!!

NOVEMBER!!
Bukan hidup namanya kalau tidak ada kerikil-kerikil tajam yang bikin kaki perih. Baru september lalu kami dapat menyunggingkan senyum kami. Senyum kemenangan kami setelah berperang hebat dengan diri kami sendiri. Euforia itu ternyata hanya sesaat, karena esoknya. Ya, esoknya kami harus menghadapi kenyataan bahwa kami bukan lagi mahasiswa. Kami bukan lagi salah satu dari pelajar Indonesia. Tapi kami salah satu pengangguran yang memenuhi negeri ini dengan yaaah itulah, saya tak tahu harus menyebutnya apa.

Bagi beberapa yang sudah bekerja, atau sudah melanjutkan kuliah lagi, sesaat rasa lega itu ada. Bagi mereka, "setidaknya kami bukan pengangguran." Tapi bagi yang lain...

"Sedih bila melihat teman sendiri gagal. Tapi jauh lebih sedih ketika melihat teman jauh lebih sukses dari kita" 
 - 3 Idiots -

Pada kenyataannya memang begitu. Tapi sebenarnya hal yang menyakitkan itu tidak akan berhenti sampai di situ.

November, saya menyebutnya penghujung. Bukan benar-benar akhir memang, belum juga dititik puncak pula. Ini masih hampir.

Sebentar lagi, sebagian dari kami akan iri dengan kesuksesan teman kami yang ada di sana. Bukan karena level kami ada di bawahnya. Tapi kami bahkan belum sempat memulai permainan, kami masih ada di waiting list.

Sebentar lagi, tahun 2014, beberapa dari kami akan mengirimkan kabar-kabar gembiranya.
"Jangan lupa datang lo yaa.." | "Insya Allah." *sambil tersenyum pahit.
Macam-macam alasannya, mungkin karna belum ada calon ato bisa jadi karna belum bekerja. Itu pahit. Apalagi untuk wanita. Karna masa muda kami terbatas. Lebih pendek. Semakin dekat dengan angka limit itu pasti makin besar pula galaunya. Apalagi kalau udah reuni kampus atau sekolah. Ketika yang lain sudah bicara tentang keluarganya masing-masing, bercerita ngalor-ngidul tentang anak - suami/istrinya. Kami ....... (saya tidak bisa mengungkapkan bagaimana galaunya saat itu).

Haaah!!
Stop di situ dulu. Karna kalo dibayangkan akan jadi makin mengerikan.

Sebentar lagi. Ya sebentar lagi. 
Semoga kita diberi kekuatan untuk melihat dan mendengar kabar-kabar baik di sekitar kita. Semoga kita diberi hati yang lapang untuk bisa ikut bergembira bersama mereka. Semoga..


Tidak Tahu Diri!!

Tidak Tahu Diri!!
Baru baca blognya Safira Nur Hanifah tentang Kamu Aktifis Penuh Pemakluman
Kata-kata yang paling paling jleb itu..

“ Hari ini saya padat rapat. Capek. Jadi tidak ada waktu untuk menyelesaikan target tilawah” “ Hari ini saya full kuliah”. Bagus sekali dirimu ! Ibadahmu kamu beri waktu sisa. Kemudian kamu harap Allah memberi pertolongan dan memberimu kemudahan dan merealisasikan mimpimu?

Banyak tuntutan, tapi yang diberikan tidak sebanding dengan yang diminta. Itu namanya tidak tahu diri. Allah ngasih apa aja yang kita minta, tap yang kita lakukan untuk Allah jauh lebih sedikit dari apa yang kita terima. Itu namanya tidak tahu diri.

Tidak perlu menilai sekitar, cukup tengok diri sendiri saja. Tanyakan dengan lantang,"berapa banyak yang kamu terima dari Allah dan berapa banyak yang sudah kamu lakukan untuk-Nya?", "apakah saya cukup tau diri setelah menerima semuanya?"

(masih) Bermimpi

(masih) Bermimpi
Saya masih bermimpi untuk bisa naik pesawat dan pergi ke luar negeri. Ingiin sekali belajar banyak hal di luar sana, memandang negeri ini dari sudut pandang yang berbeda, kemudian kembali untuk melakukan hal yang lebih untuk negeri ini.

Untuk thesis saya kali ini, saya ingin mengerjakannya tidak hanya untuk cap emas bungkus coklat koin saja, tapi juga sebagai media yang mengantarkan saya untuk bisa keliling dunia. Mencicipi udara dari negara satu ke negara yang lain. Tak masalah walaupun hanya hitungan hari. Yang penting sudah keluar negeri. hehehe..


Sebuah Nama

Sebuah Nama
Beberapa hari ini saya silau dengan sebuah nama. Sebuah nama yang muncul bahkan sebelum saya selesai ketik di google search. Sebuah nama dengan prestasinya, dengan sopan santunnya, dengan semua hal dari dia yang begitu menginspirasi.

Hari ini pun sama dengan beberapa hari yang lalu, menyempatkan membaca catatan sejarahnya di tengah-tengah tumpukan tugas. Satu foto mengenai visualisasi mimpi-nya yang membuat saya tersadar akan satu hal.

Kenapa saya seperti ini? Dan kenapa dia bisa seperti itu?
Sebenarnya ini tentang sebuah pilihan yang diambil pada saat pertama kali saya menginjakkan kaki di perguruan tinggi. Dan mungkin juga dia. Sebuah langkah awal yang akhirnya membuat saya memilih jalur ini dan dia di jalurnya.

Dia punya mimpi, begitu pun dengan saya.
Dia tuliskan mimpi-mimpinya, begitu pun dengan saya.
Dia sibuk mengejar mimpinya, begitu pun dengan saya.
Sampai akhirnya dia mulai meraih mimpi-mimpinya, begitu pun dengan saya.

Tidak ada yang salah dengan apa yang saya lakukan dan dia lakukan. Kami hanya punya jalur yang berbeda, pencapaian di bidang yang berbeda.

The Amazing Man, kamu memang punya buanyak prestasi. Kamu memang sudah menginspirasi banyak orang. Dan kali ini pun, secara tidak langsung kamu sudah mengajarkan pada saya tentang sebuah langkah awal dan konsistensi untuk bisa sampai pada mimpi-mimpi itu.

Hati

Hati
Karna hati adalah salah satu anugrah Allah yang luar biasa hebat.
Yang selalu Allah isi dengan kadar yang pas, tidak kurang tidak lebih.
Yang bisa menjadi lebih besar dan kuat setelah pernah rapuh dan tak berdaya.

Say Hai :)

Say Hai :)
Haaaaaaaaaaaiiiiiiiiiiiiiii...
Long time no see :D

Udah lamaa banget gak blogging. Kangen juga ya. Hihihi..
Gak kerasa udah nglewatin juni, juli, dan agustus tanpa blogging sama sekali. Kalo nginget-nginget alasannya kenapa, berasa wow banget.

3 bulan lalu saya sedang berjuang sepenuh tenaga untuk bisa mendapatkan gelar S.ST
3 bulan lalu saya lagi sibuk nangis dipojokan kampus karna hampir putus asa dengan TA
3 bulan lalu saya lagi sibuk ngejar dosen yang antara ada dan tiada
3 bulan lalu saya sedang mengurangi semua aktifitas saya yang lain demi TA

dan..

akhirnya..
cap emas kayak bungkus permen coklat koin di selembar kertas bernama Ijasah itu saya dapatkan..

Kalau orang bertanya moment apa yang paling amazing dalam hidup kamu?
Saya menjawab,"ketika akhirnya saya bisa lulus D4."

Masing-masing moment bisa saja menjadi moment paling berkesan dalam hidup. Tapi moment yang di dalamnya kamu butuh perjuangan extra keras untuk melaluinya. Di mana kamu menumpahkan semua rasa di sana, kecewa, senang, sedih, marah, bahkan hampir putus asa. Itu akan menjadi masa yang sulit untuk dilupakan seumur hidupmu.

"Mie instan pun akan jadi terasa luar biasa enak, kalo kamu makan setelah berjam-jam berjuang untuk mendapatkannya."
Itu hanya pepatah yang bisa menggambarkannya.

Sekarang..

WELCOME THE NEW LIFE!! 
 

I Wanna Grow Old With You

I Wanna Grow Old with You itu salah satu soundtrack dari film kartun UP. Dan gue nangis waktu liat video ini. Gatau ya knapa? Tiba-tiba aja nangis pas liat videonya di youtube.

Yang penasaran, nih aku kasih videonya...

Ini liriknya biar makin menghayati lagi..


Another day 
Without your smile 
Another day just passes by 
But now I know 
How much it means 
For you to stay 
Right here with me 

The time we spent apart will make our love grow stronger 
But it hurt so bad I can't take it any longer 

I wanna grow old with you 
I wanna die lying in your arms 
I wanna grow old with you 
I wanna be looking in your eyes 
I wanna be there for you 
Sharing everything you do 
I wanna grow old with you 

A thousand miles between us now 
It causes me to wonder how 
Our love tonight remains so strong 
It makes our risk right all along 

The time we spent apart will make our love grow stronger 
But it hurt so bad I can't take it any longer 

I wanna grow old with you 
I wanna die lying in your arms 
I wanna grow old with you 
I wanna be looking in your eyes 
I wanna be there for you 
Sharing everything you do 
I wanna grow old with you 

Things can come and go I know but 
Baby I believe 
Something's burning strong between us 
Makes it clear to me 

I wanna grow old with you 
I wanna die lying in your arms 
I wanna grow old with you 
I wanna be looking in your eyes 
I wanna be there for you 
Sharing everything you do 
I wanna grow old with you 

Special Mail

Special Mail
Mimpi itu bukan hanya sekedar angan-angan dan bukan sekedar wacana. Mimpi itu harus diusahakan. Kalaupun nantinya gagal. Setidaknya kita sudah pernah mencoba.

Seperti yang pernah aku tulis 2 tahun lalu, "Aku ingin menjadi Pengajar Muda". Beberapa hari yang lalu aku mencoba-coba untuk mendaftarkan diri. Agak sadar diri sih, belum lulus, pengalaman juga gak wah-wah banget, kalo dibanding sama mahasiswa-mahasiswa laen yang prestasinya segudang aku kalah jauh. Tapi sekali lagi apa salahnya mencoba. 

Setelah proses registrasi yang lumayan panjang.. Finally..
I've got the email

Aprilely yang saya banggakan,
Saya dan seluruh tim Indonesia Mengajar mengucapkan terima kasih Aprilely telah menyelesaikan proses pendaftaran untuk menjadi calon Pengajar Muda. Nomor registrasi Aprilely adalah VII-00606 dan status dari aplikasi tersebut dapat Aprilely periksa dari http://registrasi.indonesiamengajar.org/apply/my-account/ .
Kami bangga melihat kesediaan Aprilely menjadi Pengajar Muda. Aprilely  merupakan generasi baru republik ini yang menyatakan siap untuk mendapatkan kehormatan untuk melunasi salah satu janji kemerdekaan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Melihat kuatnya motivasi Aprilely untuk mengabdi membuat kita pantas bangga dan makin yakin bahwa di tangan anak-anak muda seperti Aprilely-lah bangsa ini akan maju dan cerdas, republik ini akan adil dan makmur.
Saya jadi ingat betapa Soekarno dan Hatta, serta para pejuang lainnya, memilih mengabdi dan berjuang demi kemerdekaan padahal mereka adalah sarjana di saat bangsa ini belum terdidik. Mereka bisa saja memilih hidup nyaman, mapan dan sejahtera untuk dirinya dan keluarganya. Tapi mereka memilih untuk berjuang. Hari ini kami bangga menyaksikan anak muda penerus kegemilangan itu.
Aprilely, kami bersyukur dan kami bangga dengan niat mulia Aprilely. Kami akan review dan kaji dengan cermat, dengan teliti dan penuh kesungguhan semua informasi dan tulisan dari Aprilely. Mari kita jaga kontak ini dan kita kuatkan jalinan pengabdian anak-anak muda untuk kemajuan republika tercinta ini.

Salam hangat,
Anies Baswedan

Aku gatau kenapa, tapi waktu ngisi formulirnya aja rasanya haru banget. Kayak pengen teriak gini, "Akhirnyaaa aku bisa daftar jugaaa.."

Dan semoga saja, langkah ini tidak terhenti sampai di sini. Amin

APRIL !!

APRIL !!
Ini post yang agak telat dan sedikit maksa. hehhehe..

I like APRIL. Karena aku lahir di bulan ini. hehhehe..
Actually, i wanna tell a story about my birthday.

Jujur aja, tahun lalu itu salah satu surprise ultah yang aku suka. Dan tahun ini, secara gak langsung aku juga ngarepin kejutan yang sama. Ceritanya dia tentang apa aja yang dilakukan di hari ulang tahunku itu udah jadi kado tersendiri.. :)

"Aku tadi abis dari sini," katanya saat kami melewati Jalan Kayon.
"Sama sapa?"
"Sama Rival."
"Ngapain?"
"Nyari bunga."
"Buat apa?"
"Buat kamu."
"Hah? Tumben?"
"Yaaaa.. Tadinya aku mau ngasi kamu bunga. Tapi gak jadi. La mahal."
Hahahahhaha...
"Trus.. trus gimana critanya?"
"La bapaknya gak mau nurunin harga e. Tak kirain 10.000 bisa dapet 10 bunga. Ternyata cuma 1 aja."
"Ya emang mahal. Kamu lapo moro-moro pengen ngasi bunga?"
"Yo pengen ae yank. Tadi itu niatnya gini, abis dari TP kamu tak ajak maen yang lama sampe agak maleman gitu. Trus abis itu kamu tak pulangin ke kost, tak ajak smsan terus. Jadinya kamu gak sadar kalo aku mau ngasi surprise ke kamu. Trus pas jam 12 malem aku ke kostmu buat ngasi bunga sambil ngucapin met ultah."

Andaikan rencananya benar-benar terlaksana pasti aku udah melting-melting gak karuan.

"Tadi Rival heran, kok tumben aku mau ngeluarin duit banyak buat beli yang kayak gituan."
"Trus kamu jawab apa?"
"Yo gak gendeng val, mending tak jak mangan nang nggon seng elit ae. Isok maregno weteng."

hadeeeh.. crotot.

"Btw, kamu suka kan tak ajak ke sini?"

....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................... ;)

Antara Aku, Kamu dan Skripsi

Antara Aku, Kamu dan Skripsi
       Suara rintik hujan berkejaran dengan jemariku yang terus-menerus menari di atas keyboard. Sesekali berhenti, berganti memainkan mouse, memburu bahan-bahan tulisan lain. Sesekali baik mouse, maupun jari-jari ini justru tak bergerak sama sekali. Yang ada hanya kening berkerut, otak dan mata seakan saling berkejaran memburu tulisan di layar monitor. Mencoba memahami satu persatu makna yang tertulis di sana. Kemudian kembali dengan finger dance di atas keyboard. Hal yang sama berulang-ulang dilakukan hampir tiap malam dalam 2 bulan terakhir.
       Suara rintik hujan sayup-sayup mulai menghilang. Malam ini cukup sampai hasil simulasi saja. Selebihnya aku masih belum tahu harus menulis apa lagi dalam skripsiku. Aku tahu, dosen pembimbingku pasti akan sangat amat tidak puas dengan progresku minggu ini. Tapi biarlah. Aku lelah.
       Kurebahkan badanku di atas kasur dan mulai menikmati curhatan Jason Mraz dilagunya yang berjudul I Want Give Up. Bang Jason Mraz, kita sehati.

I won’t give up on us 
Even the sky get rough
Giving you all my love
Still looking up
~ I Won’t Give Up : Jason Mraz ~


       Sepertinya Tuhan sedang ingin menaikkan levelku. Hingga aku harus dihadapkan pada masalah yang bertubi-tubi. Skripsi dan dia. Masalah skripsi saja sudah bikin aku ampun-ampun. Dan sekarang, dia malah ikut-ikutan menekanku dengan sikap-sikapnya. Pada masa-masa seperti ini, semua orang pasti butuh dukungan. Terutama dari orang-orang yang disayanginya. Aku pun benar-benar berharap itu darinya. Kalau pun dia tak bisa membantu banyak, kata-kata penyemangatnya darinya saja bagiku itu sudah bisa double booster untuk menaikkan semangat. Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya.
       Sudah beberapa hari ini kami tidak saling komunikasi. Jangankan bertatap muka, sms pun jarang sekali. Terakhir kali, saat makan siang di tempat favorit kami. Kami sempat ngobrol panjang lebar saat itu. Dari pembicaraan itu sebenarnya aku tahu kalau dia sudah ingin mengakhiri semuanya. Aku bisa saja menuruti apa maunya, seperti mantanku yang dulu. Tapi kali ini, aku ingin bertahan.

       “Kita coba evaluasi diri dulu,” kataku saat itu.

       Sebenarnya aku benar-benar berharap dia mau benar-benar intropeksi diri. Nyatanya, dia hanya ingin aku seperti apa yang dia mau. Sedangkan dia, dia justru malah semakin menjadi-jadi. Aku sudah benar-benar mencoba untuk sabar.
       Puncaknya, 3 hari yang lalu. Hari itu tiba-tiba aku jatuh sakit. Sepertinya maagku kambuh. Deadline skripsi dari dosen pembimbingku benar-benar menguras waktu hingga makan pun terlewat begitu saja. Tak heran kalau akhirnya maagku kambuh. Sebenarnya aku jarang sekali terserang maag, tapi sekali kambuh biasanya benar-benar parah hingga sulit untuk bernapas. Saat-saat seperti ini aku benar-benar butuh dia.

       “Terus kamu maunya gimana? Mau biarin sakitnya apa pengen cepet sembuh?” tanyanya.
       “Air putih,” jawabku
       “Itu ada warung. Ayo berdiri. Kita ke sana sama-sama,” perintahnya.

       Tuhan, apa dia benar-benar sudah menutup mata, telinga dan hatinya? Jangankan untuk jalan kaki, untuk duduk tegak saja aku tak mampu.

      “Ayo berdiri! Kamu mau minum nggak?” bentaknya.

       Tuhan, aku tak tahan. Dia pacarku. Kenapa sikapnya begitu dingin padaku? Bagaimana bisa memperlakukanku seperti itu, sedangkan teman-temanku saja saat maagku kambuh semua bingung mencarikanku air putih, memapahku, dan mengantarkanku pulang hingga sampai kost. Aku tahu kalau mungkin dia sudah tak lagi menyayangiku. Aku tahu, tapi tak bisakah dia tidak bersikap seperti itu?

      Kupejamkan mataku. Berharap ingatan yang menyakitkan itu bisa hilang. Berharap bahwa itu hanya mimpi buruk yang pernah datang.

Biip..

From: Zidan (+6285733xxxxxx)
“Besok ada waktu?”

To: Zidan (+6285733xxxxxx)
“Besok mungkin agak sibuk. Mau ambil data sama bimbingan. Ada apa?”

Biip..

From: Zidan (+6285733xxxxxx)
“Pengen ngajak kamu makan siang bareng. Bisa?”

To: Zidan (+6285733xxxxxx)
“Bisa. Jam 1 yaa.. :)”

       Acara makan siang kali ini benar-benar aneh. Entah kenapa dia jadi pendiam. Sikapnya yang tidak seperti biasa membuat jantungku berdebar-debar, “ada apa ini?” Mau tidak mau, firasat buruk itu muncul.

       “Menurut kamu, kita sekarang gimana?” tanyanya membuka pembicaraan.
       “Maksudnya gimana?” tanyaku.
       “Ya.. Apa kita benar-benar baik-baik aja dengan kondisi yang kayak gini?”

Jantungku berdebar semakin tak karuan. Tuhan, apa lagi ini?

       “Aku cuma ngerasa kalau sekarang kita udah gak kayak dulu lagi. Mungkin karena sama-sama sibuk kali ya? Hehehe..” jawabku sekenanya.

Dia terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu.

        “Kamu mikir apa?” tanyaku.
        “Enggak,” jawabnya.
       Hari ini dia benar-benar aneh. Tidak hanya sikap diamnya, kali ini dia bahkan tak berani menatap mataku. Tuhan, bila memang firasat ini benar. Tolong jangan sekarang. Tolong jangan pada saat-saat skripsi.

       “Kayaknya hubungan kita harus sampai di sini aja,” kata Zidan tiba-tiba.

Deg. Akhirnya, kata-kata itu terucap darinya.
       “Aku masih ingin bertahan. Aku tahu hubungan kita memang sudah tak sebaik dulu. Tapi aku masih percaya kalau semuanya masih bisa diperbaiki, termasuk rasa sayangmu yang sudah makin tipis,” aku benar-benar ingin menangis tapi aku tak mau memperlihatkan tangisku padanya.
       “Maaf. Aku nggak bisa.”

Over Deadline -.-

Over Deadline -.-
Sebenernya aku udah nyiapin cerpen buat dikirim ke Project Nulis bareng. Deadlinenya tanggal 12 april kemaren. Karena terkendala koneksi internet yang mendadak jadi ababil banget. Trus pas di kampus lupa mau ngirim. Alhasil critanya cuma sampe ada di laptop aja.

Biar gak mubadzir aku tulis di blog aja. Buat yang pengen baca, check this out. :)

Berputar Jauh??

Berputar Jauh??
"..kadang kita harus berputar jauh, untuk bisa sampai.." ~ Perahu Kertas - Dee

Semua orang pasti punya mimpi. Entah itu hanya sebatas atau benar-benar pemicu adrenalin untuk terus mengejarnya. Aku masih ingat benar bagaimana mimpiku dulu untuk bisa menjadi seorang arsitek. Tentunya untuk bisa ke sana aku harus bisa masuk ke jurusan itu, mendalami ilmu di sana, dan setelah lulus nanti menitih karier di dunia itu. Nyatanya, justru menyimpang amat jauh. Tak pernah sedikit pun terpikir di benakku kalau aku nanti akan masuk di jurusan elektro. Memang bukan berarti aku tidak bisa sampai di sana, menjadi seorang arsitek. Tapi jalan yang teramat jauh ini, akhirnya membuatku merubah arah. Ku kubur mimpi itu dalam-dalam. Ini jalan terbaik yang sudah disiapkan untukku.

Hari ini aku sadar sesuatu bahwa mungkin sebentar lagi aku harus keluar dari lintasan ini. Aku bisa saja terus meniti jalan ini atau tidak. Itu adalah sebuah pilihan. Aku pun sudah membuat pilihan dengan pertimbangan jangka panjang dengan tidak hanya memikirkan diri sendiri tapi juga sebuah keluarga kecil yang di masa depan insyaAllah akan kami bina. Tidak hanya untuk 1 atau 2 tahun ke depan tapi untuk 10 tahun yang akan datang. Bagaimana aku harus menyiapkan batu-batu pijakan untuk bisa sampai di sana, semuanya.

Ada satu hal yang sangat amat meresahkan dan sering kali membuat orang berhenti untuk bermimpi. REALITA. Ketika akhirnya kita sadar bahwa sangat amat tidak mudah untuk bisa menjangkaunya. Ketika semua terlihat sangat amat mustahil untuk dijangkau. Dan akhirnya semua keraguan itu muncul. Ada yang tetap bertahan hingga akhirnya sampai pada tujuan yang diinginkan. Ada yang memilih melakukan segala cara hingga akhirnya bisa sampai. Ada juga yang akhirnya memilih untuk mundur.

Aku pun dihadapkan pada beberapa hal yang akhirnya menggoyahkan mimpiku. Mulai ragu apakah aku bisa sampai atau tidak. Ada terbesit pikiran bahwa aku memilih berputar jauh lagi untuk bisa sampai pada mimpiku. Sampai ibu bilang..

"...Ada orang yang pengen naek pohon kelapa. Kalau cuma dilihat ya cuma bakal tau kalau pohon kelapa itu licin, tinggi, dan susah buat dipanjat. Tapi kalau diusahakan, dijalani, dan gak peduli mau berapa kali terperosok insyaAllah nanti juga akan sampai di puncak kok. Waktu Mbak Lel mau kuliah dulu kan juga gitu. Susah, jungkir balik, nyasak-nyasak, tapi toh akhirnya bisa sampai diujungnya juga kan?"

Sejujurnya masih belum kepikiran juga sih mau pilih yang mana. Tapi kalau boleh memilih keduanya, aku pengen duanya. Semuanya dicoba. Kita gak akan pernah tau kan mana cara yang paling baik kalau gak dicoba?

Blogiveaway - A Piece of Life

Upgrading Vocabulary

Upgrading Vocabulary
Jujur ya, aku gatau judul di atas itu udah bener apa belum. Tapi yang jelas tulisan ini dibuat berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama sehari semalam ini, menterjemahkan buku. Gak satu buku dengan beratus-ratus halaman gitu trus diterjemahkan sendiri gitu sih. Cuma satu bab aja. Dibagi 2 lagi. Jadi kira-kira nerjemahin 22 halaman berbahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia.

Dulu jaman-jaman SMA pernah bisa pede ngomong bahasa inggris cas cis cus gitu gak peduli grammarnya bener apa nggak. Tapi pas kuliah ini udah jarang banget berkomunikasi pake bahasa inggris. Mata kuliah bahasa inggris pun pengantarnya pake bahasa indonesia. Jadi lambat laun banyak ilangnya juga.

Dan sekarang setelah ada keinginan buat nglirik kuliah di luar negeri, setelah ada tuntutan TOEFL jadi sedikit kelabakan sama bahasa inggris (lagi). Upgrade vocab dalam waktu singkat kalo bisa. 

Tahukah kamu?
Translating 22 pages is equal with upgrading vocabulary. (maaf yaaa.. kalo agak kacau. Bahasa itu yang penting ngerti kan ya? :p)

Itu sudah benar-benar terbukti lho. Dari yang gak tau apa-apa jadi ngerti-ngerti dikit. Dari yang ngerti-ngerti dikit jadi ngerti agak banyakan. Apalagi yang ngerti banyak tambah naik level ke tingkat "dewa". Hehehehe...

Gak percaya? Silahkan coba sendiri.

Beli Pulsa Gak Pake Ribet

Beli Pulsa Gak Pake Ribet

Kalo dulu pas jaman-jaman sekolah, di pelajaran IPS diajarin kalo kebutuhan primer manusia itu meliputi sandang, pangan, dan papan. Tapi kalo sekarang kayaknya harus ditambahin lagi jadi gini: sandang, pangan, papan, dan PULSA (ketauan banget kalo udah lama gak sekolah, hehhehe). Ini udah jadi kebutuhan semuanya deh. Dari yang tua sampe yang muda. Secara sekarang anak SD aja udah banyak yang bawa HP. Kakek nenek? Itu apalagi. Kakek nenek jaman sekarang kan pada gaul-gaul gitu.

HP bisa dibilang jadi barang yang gak bisa lepas dari tangan. Selain buat alat untuk berkomunikasi, HP juga bisa dijadikan salah satu hiburan pas lagi nganggur gatau mau ngapain. Bahkan, sekarang ini dengan makin canggihnya HP-HP yang mulai muncul kita bisa menjelajah dunia dengan gengaman tangan. Praktis banget, kan?

Tapi apa artinya HP tanpa pulsa? Secanggih apapun HP yang kita punya kalo gak ada pulsanya juga jadi hampa. Gak bisa sms-an, gak bisa telpon-telponan, gak bisa chatting-chattingan, gak bisa socnetan, gak bisa download-download, bahkan buat miscall aja gak bisa. Gak asyik banget kan. Dunia pun seakan jadi tertutup lagi.

Kalo diilustrasiin nih yaaa..
Ketika kita punya HP dengan pulsa melimpah itu kayak pintu yang bersinar-sinar yang bisa nganterin kita ke belahan dunia mana aja. Kita bisa melangkahkan kaki dengan nyengir joger dan hati bahagia.Dan begitu pulsa abis, sinar itu menghilang begitu aja, dan yang tersisa cuma cahaya dari layar HP. Kebahagiaan juga rasanya hilang gitu aja. Bibir yang awalnya nyengir joger jadi cemberut gara-gara bete.
*Agak lebay siiih, tapi kurang lebih begitulah. Hahahha..

Trus apa yang harus dilakukan kalo pulsa abis?
Beli pulsa dooong..

Ada banyak alternatif nih. Mau pulsa elektrik atau beli vouchernya di counter-counter pulsa terdekat. Sebenernya gak harus ke counter pulsa sih. Karna sekarang ini beli pulsa di ATM juga bisa, di minimarket-minimarket terdekat juga ada kok...

Ta.. tapi tapi ...
Biasanya nih yaa..
Kita tuh males banget pergi ke counter buat beli pulsa. Apalagi kalo jarak antara lokasi kita sekarang dengan counter pulsa cukup jauh. Dijamin banyak malesnya.

Inilah solusi raktis yang sering dilakukan. Jeng jeeeeng.. Beli pulsa elektrik di temen.
Kita sebut beli aja kali yaaa.. Walau sebenernya kasus yang sering terjadi itu ngutang. Hehehe..
Tapi beneran loh, dengan merajalelanya agen-agen pulsa elektrik itu benar-benar memudahkan kita yang sering males buat beli pulsa di counter pulsa. Pulsa abis, tinggal sms minta kirimin pulsa daaan...

Tring! Pulsa pun masuk tanpa harus susah payah.

Kalo mau lebih praktis lagi nih yaaa..
Jadi agen pulsa. Gak perlu ribet-ribet ke counter, ATM, minimarket, ato nyari-nyari temen yang jual pulsa. Tinggal sms ke servernya daaaan...

Taraaa...!!! Pulsa masuk.. :)

Ada banyak untungnya loh. Selain lebih praktis karna gak perlu ribet-ribet nyari tempat/orang yang jual pulsa, kita bisa dapetin pulsa murah, dan tentu aja bisa dipake buat mengeruk keuntungan dengan mengisi pulsa orang-orang terdekat kita.

Postingan ini dalam rangka Lomba Blog Pojok Pulsa: Mau Pulsa Gratis? Follow: @pojoktweet | Facebook Page Pojok Pulsa | Pojok Pulsa Google Plus Page

Berani Bermimpi

Berani Bermimpi
Masih inget nggak, waktu TK atau SD dulu, pas ditanyain orang-orang tentang cita-cita pasti jawabnya cepet. Dan bisa jadi heboh rebutan nyebutin apa cita-citanya.
"Aku mau jadi dokter."
"Aku mau jadi astronot."
"Aku mau jadi presiden."
"Aku mau jadi superman."

Lalu bagaimana dengan sekarang?

X: "Cita-cita kamu apa?"
Y: "Errrr.. dulu waktu SD sih pengen jadi dokter."
X: "Trus kalo skarang gimana?"
Y: "Sekarang ya? Emmmm... Errrr... #%$^%%&^(*."

Sesusah itu ya nyebutin apa cita-cita kita di usia yang udah setua ini. Ada juga yang beralibi kayak gini.
"Dulu sih pengen jadi presiden. Tapi jadi orang kan harus realistis juga. Mana mungkin dengan otak pas-pasan, tampang pas-pasan kayak gini bisa jadi presiden. Karismatik juga enggak."
Itu realistis atau takut? Beda tipis ya?

Akhirnya, muncul pertanyaan-pertanyaan yang gak bisa dibendung lagi. Kenapa sih waktu kecil bisa segitu gampangnya nyebutin cita-cita? Kenapa sih waktu kecil dulu bisa lebih berani dari sekarang? Karna belum terlalu tau kenyataan yang ada? Karna belum tau kondisi yang sebenernya kayak apa? Atau sebenernya kita pura-pura realistis karna takut menghadapi kegagalan yang bisa aja terjadi? Ada apa dengan diri kita?

Cita-cita itu gratis. Buat punya cita-cita itu kita gak perlu daftar registrasinya dulu kok, gak perlu pake psiko test, gak perlu pake test wawancara kelayakan cita-cita kok. Gak seribet itu. Tinggal ucap juga gak masalah.   Jadi, kenapa masih blibet? Takut dibilang omdo?

bersambung....


C.I.N.T.A ???

C.I.N.T.A ???
Sepagi ini udah bikin post tentang C.I.N.T.A. CINTA.
Gara-garanya tadi malem nangkring pikiran aneh tentang kata ini di otak, mau nulis entar malah keterusan, gak tidur-tidur trus bangunnya kesiangan.

Cinta (dibaca dengan nada tegas)
Sebenernya apa sih cinta itu?
Kalo ditanya dengan pertanyaan di atas pasti jawabannya macem-macem. Ada yang A, ada yang B, ada yang C. Mana yang bener? Gak ada yang tau. 

Sekali pun kita tanya ke pasutri yang udah nikah bertahun-tahun lamanya. Belum tentu juga masing-masing pasutri bakal jawab dengan jawaban yang sama.

Pernah gak sih kalian berpikir bahwa cinta itu hal yang paling absurb? Hal yang sebenernya mungkin gak ada tapi diada-adain trus dikasih nama karna bingung mau nyebut apa.

"Aku cinta kamu" atau "aku sayang kamu".

Sebenernya apa sih itu? Apa iya orang bilang kayak gitu itu cuma karna pengen bilang gitu ataukah memang lagi ngrasain sesuatu yang 'aneh' di dalam dirinya, trus biar gak bingung disebut aja cinta, gitu? Bisa jadi kata-kata di atas cuma bualan semata biar orang yang ada di depan kita seneng..  Bisa jadi, kan?

***

Hai, reader. Bingung ya? Sama. Aku juga bingung aku dari tadi nulis apa coba --"
Bahkan, sampe akhir cerita gak ada penyelesaiannya.

Pencerahan

Pencerahan
Kemaren aku galau setengah mati, gara-gara baca postingan temen SMP-ku. Segala kegalauan itu, sudah tercurah di postingan *Gak Tau Mau Kasih Judul Apa.

Sekarang gimana?
Udah nggak lagi dooong. Kita itu harus bisa cepet move on dari masalah. Biar gak keliatan kayak tukang galau. #eh.

Kalo kemaren galau gara-gara baca postingan. Sekarang mulai manggut-manggut dan menatap masa depan gara-gara postingan di www.skripsit.com. Awalnya sih cuma buka salah satu link yang terpampang di News Feed-nya FB tentang lagunya Anggun yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga jadinya kayak gini.

Judulnyaaa... Skripsi (judul aslinya Mimpi --")

Kelam hitam gelap malam
Kuberdiri menatap skripsi
Di sini di kampus ini
Telah membubur sejuta ulangan
Diketik sampe berlobang .___.
Bejibun banyak yang ngarang
Apakah mungkin skripsiku ngulang 


Kertas putih pucat pasi
Tergores tinta revisi
Katamu banyak yang susah
Ngasih coretan bikin banyak noda
Hapuskan semua tulisan
Jadinya nambah kerjaan
Kemana lagi harus mencari

Kau sandarkan sebanyak beban ini
Kau katakan trima kasih
Hanyalah ilusiiii...

Melambung jauh terbang tinggi
Bersama skripsi
Terlelap dalam lautan revisi, uwouu...
Setelah aku sadar diri
Kau tlah jauh pergi
Tinggalkan diri jauh keluar negeri

Kini hanya rasa pilu
Menusuk di dada
Serasa sumpah melayang tinggi
Terbawa kesal masih membAARAAAAA! *bakar aja bakar!

Gimana? Lumayan bikin ngakak, kan?

Makanya aku jadi penasaran sama posting-postingan yang lain. Dan nemu pembakar semangat kayak gini nih

Save IPK, Save Mahasiswa, "IPK boleh tinggi asal tetap rendah hati, IPK gpp rendah asal jangan menyerah."

yang ada di  Save IPK, Save Mahasiswa.

daan.. ini
"Pendidikan baik dan ranking baik tidak menjamin kesuksesan."
selengkapnya, silahkan baca di sini.

Atau curahan hati yang bikin hati mencelos trus mulut mlongo kayak di postingan ini.

Semoga ikut terhibur. :)

Kangen

Kangen
Cieee cieee.. yang lagi kangeeen.. :D

Aku juga lagi kangen kok. Bukan sama siapa, tapi sama kegiatan-kegiatan yang aku lakoni sbelum 6 bulan ini. Bertukar opini dari sudut pandang yang beda-beda, mencoba memcahkan suatu masalah walau kebanyakan juga gak slese-slese amat sih, mencoba buat berfikir kreatif, dan maaaasih banyak lagi. Aku kangen sama masa-masa itu. Ormawa.

Sebenarnya dengan posisiku yang sekarang bukan berarti aku sama sekali tidak bisa menyentuh lagi segala hal yang berbau-bau ormawa. Mungkin lebih tepatnya karena sebuah pilihan yang akhirnya aku ambil buat jauh-jauh dari sana. Awalnya sih, karna bosen. 3 tahun ngikutin yang begituan, ditambah lagi makin tua yang dipikir makin aneh-aneh lama-lama juga jengah juga, kan? Dan kebetulan banget harus ngerjain TA. Bohong banget kalo gara-gara mikir TA sampe gak bisa mikir yang lain. Tapi lagi-lagi aku cuma bisa bilang, ini pilihan yang udah saya pilih. Cukup di tahun terakhir ini aja aku mau mengusahakan yang terbaik biar bisa lulus.

Event besar terakhir yang ada di kampus adalah pemilihan direktur. Sempet ditawari jadi TSK dari salah satu direktur di PENS (silahkan tebak sendiri). Temen-temen pada rame ngributin yang kayak gituan. Buatku, dari awal udah keliatan banget terlalu banyak penipuan di sini. Mahasiswa di tipu, karyawan di tipu. Harusnya ya, kalo pas lagi pikirannya lagi kritis, pasti bisa pro aktif dengan menyuarakan pendapatnya. Percaya akan sebuah harapan bahwa suaranya akan di dengar. Percaya bahwa pemimpin baru pilihan dengan suara terbanyak bisa merubah kondisi lebih baik. Jujur aja ya, aku gak percaya dengan keduanya. Dan biasanya kalo udah gak percaya sama satu hal, aku udah males buat ngurusin. Ini gak hanya berlaku untuk ini aja, tapi juga ke orang. Kalo aku udah bener-bener gak percaya sama orang, dia mau ngomong apa pun gak bakal aku denger. Buatku, "kamu ngomong apaan sih? Gak penting banget."

Bisa dibilang cukup lama aku vakum dari kegiatan-kegiatan itu. Pengen sih terjun lagi, tapi kalo liat suasana yang sekarang, yang notabene udah beda dari yang dulu itu rasanya kok cuma cari-cari perkara aja. 

Sekarang vakum dulu aja. Kalo kangen ya biarin, ntar juga ilang-ilang sendiri. Kalo udah bener-bener gak tahan pada akhirnya jiwa-jiwa organisasinya juga bakal tersalur ke tempat yang membutuhkan.

*Gak Tau Mau Kasih Judul Apa

*Gak Tau Mau Kasih Judul Apa
Hehhehehe...
Judulnya agak maksa banget ya?

Mumpung lagi kepikiran sesuatu dan pengen share. Jadinya males mikir judul yang ribet-ribet. Cukup nulis apa yang ada di dalam kepala aja.

Bisa dibilang, dulunya saya ini seorang aktifis kampus (ceeeiiileeee.. pamer). Dari jaman maba sudah mulai jadi mahacara (mahasiswa banyak acara.red), dari panitia ini itu sampe akhirnya di tahun ke-3 jadi kadiv. Soal urusan organisasi, bisa dibilang emang lebih getol dibanding harus lama baca-baca buku di perpus. Jujur saja, dari smp kayaknya aku gak pernah tahan buat lama baca-baca buku pelajaran (lain cerita kalau novel atau komik) gak sampe sejam aja udah ngantuk.

IP??
*tarif napas dalaaaam... keluarkan*
Aku bukan orang yang jenius yang sekali denger aja bisa langsung ngerti, bukan juga orang yang didempetin Dewi Fortuna, aku cuma orang yang biasa-biasa aja. Dan buat orang yang biasa-biasa aja kayak aku gini, kalo mau dapet IP bagus ya harus blajar. Karena mataku gak pernah bisa diajak kompromi buat blajar, jadilah IPku pas-pasan. Hehhehe...

Alhamdulillah masih di atas 3. :)

Sebenarnya karna gak bisa-bisa loncat sampai cumlaude, akhirnya aku berusaha di tengah-tengah kesibukanku untuk tetap bertahan di atas 3.

Aku masih inget banget, akhir semester 2, seorang temanku bilang gini..
"Aku salut banget sama kamu, organisasi bagus, nilainya juga bagus. Gimana sih tipsnya?"
Saat itu aku cuma jawab apa yang aku lakuin aja. Tapi sekarang kayaknya aku harus sadari kalau IP 3,47 yang akhirnya jadi IP tertinggi sepanjang sejarah ini di dapet karna aku lagi hoki aja. Kebetulan aja aku mudeng mata kuliahnya, kebetulan aja aku interest sama mata kuliahnya jadinya nyimak dosen yang nerangin di depan kelas. Dan sebenernya makin lama makin turun sampai akhirnya di semester 5 IP-ku 2,98. Itu rasanya kayak abis ditabok sesuatu.

Kalo ditanya kenapa, mungkin jawabnya karna aku terlalu ngentengin mata kuliah di semester itu, lebih sering  bolos kuliah dari pada masuknya, lebih sering begadang sampe pagi buat ngonsep kegiatan-kegiatan ormawa. Innalillahi dan AlhamdulillahInnalillahi karna IP yang ancur banget dan Alhamdulillah karna Allah sudah mengingatkan dengan cara-Nya.

Jujur saja, sebelum ini aku termasuk orang yang membenarkan kalo pinter-pinter banget itu gak terlalu penting, yang penting kamu punya pengalaman. Toh, kalo pengen nglamar kerja juga yang diliat apa IPKnya masuk standart IPK yang usah ditentuin aja kan? Itu juga yang bikin aku gak terlalu ngoyo buat belajar dan cukup mempertahankan nilai di atas 3 itu.

Itu kemaren-kemaren..
Setelah baca salah satu postingan dari blog Kartika Nindya Putri, aku jadi ngerasa ditabok-tabok. Yang penasaran sama blog-nya bisa liat di sini.

Siapa dia? Dia salah satu temen SMPku yang (mungkin aja) dia gak kenal sama aku. Bisa dibilang kasta kami cukup jauh yaaa...

Kartika Nindya Putri waktu MOS SMP jadi salah satu perwakilan siswa yang maju ke depan karna punya danem tertinggi se-Kota Malang (kebetulan, aku masuk SMP favorit di Malang). 3 tahun berturut-turut masuk ke kelas unggulan, yang bagiku kayaknya jauh banget dari harapan. Lulus SMP, dia masuk (lagi) ke salah satu SMA terfavorit, yaitu SMAN 3 Malang. Dan setelah lulus dia kuliah di Univ. Bakrie di Jakarta. Prestasinya cukup banyak saat dia menjadi mahasiswa, salah satunya jadi None Buku. Dalam bayanganku, pasti kegiatannya banyak juga. Februari kemaren dia lulus sebagai Lulusan Terbaik dengan IPK 3,95 setelah menempuh kuliah selama 3,5 tahun. Dan sekarang dia bekerja di Chevron.

Wow banget kan?
Dan jujur aja yaaa...
Baca postingan-postingan terakhirnya itu bikin aku jadi ultra minder sama apa yang aku punya. Pengalaman juga cuma itu-itu aja. Nilai juga gak bagus-bagus amat. Ntar setelah wisuda mau jadi apa coba?

Tiap manusia itu sudah ada rizkinya masing-masing dan tidak akan tertukar selama dia mau berusaha untuk mencarinya.
Akhirnya ini yang jadi pelipur laraku. Ayoo semangaaat tumbuh lagi, ayo kita lari lagiii!!! 3,5 bulan lagi dan aku harus jadi sesuatu yang lebih dari sekarang!! Bismillah..



Pakaian Wanita dalam Islam

Pakaian Wanita dalam Islam

Rasulullah bersabda, “Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lengkok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya (HR. Abu Daud) Rasulullah bersabda, “Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab) (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)

Penelitian ilmiah kontemporer telah menemukan bahwasannya perempuan yang tidak berjilbab atau berpakaian tetapi ketat, atau transparan maka ia akan mengalami berbagai penyakit kanker ganas di sekujur anggota tubuhnya yang terbuka, apa lagi gadis ataupun putri-putri yang mengenakan pakaian ketat-ketat. Majalah kedokteran Inggris melansir hasil penelitian ilmiah ini dengan mengutip beberapa fakta, diantaranya bahwasanya kanker ganas milanoma pada usia dini, dan semakin bertambah dan menyebar sampai di kaki. Dan sebab utama penyakit kanker ganas ini adalah pakaian ketat yang dikenakan oleh putri-putri di terik matahari, dalam waktu yang panjang setelah bertahun-tahun. Dan kaos kaki nilon yang mereka kenakan tidak sedikitpun bermanfaat didalam menjaga kaki mereka dari kanker ganas. Dan sungguh Majalah kedokteran Inggris tersebut telah pun telah melakukan polling tentang penyakit milanoma ini, dan seolah keadaan mereka mirip dengan keadaan orang-orang pendurhaka (orang-orang kafir Arab) yang di da’wahi oleh Rasulullah. Tentang hal ini Allah berfirman: ”Dan ingatlah ketika mereka katakan: Ya Allah andai hal ini (Al-Qur’an) adalah benar dari sisimu maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih” ( Q.S. Al-Anfaal:32)

Dan sungguh telah datang azab yang pedih ataupun yang lebih ringan dari hal itu, yaitu kanker ganas, dimana kanker itu adalah seganas-ganasnya kanker dari berbagai kanker. Dan penyakit ini merupakan akibat dari sengatan matahari yang mengandung ultravioletdalam waktu yang panjang disekujur pakaian yang ketat, pakaian pantai (yang biasa dipakai orang-orang kafir ketika di pantai dan berjemur di sana) yang mereka kenakan. Dan penyakit ini terkadang mengenai seluruh tubuh dan dengan kadar yang berbeda-beda. Yang muncul pertama kali adalah seperti bulatan berwarna hitam agak lebar. Dan terkadang berupa bulatan kecil saja, kebanyakan di daerah kaki atau betis, dan terkadang di daerah sekitar mata; kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh disertai pertumbuhan di daerah-daerah yang biasa terlihat, pertautan limpa (daerah di atas paha), dan menyerang darah, dan menetap di hati serta merusaknya.

Terkadang juga menetap di sekujur tubuh, diantaranya: tulang, dan bagian dalam dada dan perut karena adanya dua ginjal, sampai menyebabkan air kencing berwarna hitam karena rusaknya ginjal akibat serangan penyakit kanker ganas ini. Dan terkadang juga menyerang janin di dalam rahim ibu yang sedang mengandung. Orang yang menderita kanker ganas ini tidak akan hidup lama, sebagaimana obat luka sebagai kesempatan untuk sembuh untuk semua jenis kanker (selain kanker ganas ini), dimana obat-obatan ini belum bisa mengobati kanker ganas ini.

Dari sini, kita mengetahui hikmah yang agung anatomi tubuh manusia di dalam perspektif Islam tentang perempuan-perempuan yang melanggar batas-batas syari’at. yaitu bahwa model pakaian perempuan yang benar adalah yang menutupi seluruh tubuhnya, tidak ketat, tidak transparan, kecuali wajah dan telapak tangan. Dan sungguh semakin jelaslah bahwa pakaian yang sederhana dan sopan adalah upaya preventif yang paling bagus agar tidak terkena “adzab dunia” seperti penyakit tersebut di atas, apalagi adzab akhirat yang jauh lebih dahsyat dan pedih. Kemudian, apakah setelah adanya kesaksian dari ilmu pengetahuan kontemporer ini -padahal sudah ada penegasan hukum syari’at yang bijak sejak 14 abad silam- kita akan tetap tidak berpakaian yang baik (jilbab), bahkan malah tetap bertabarruj???

( Sumber: Al-I’jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah, Oleh: Muhammad Kamil Abd Al-Shomad )

'Terima Kasih'

'Terima Kasih'
"Ini buat kamu."
"Terima kasih."

Percakapan seperti itu seharusnya umum dilakukan. Kata 'terima kasih' itu seharusanya selalu diucapkan tiap kali menerima sesuatu dari orang lain. Entah itu berupa jasa maupun barang. Tapi nyatanya tidak semua terbiasa mengucapkan 'terima kasih'. Banyak juga yang alih-alih berterima kasih malah seperti ini..
"Alaaah.. Kok gini sih?" atau "Kan cuma segitu doang". Besar atau kecil bantuan yang diberikan oleh seseorang, suka atau tidak suka dengan pemberiannya, teta saja kita harus berterima kasih padanya. Sepele memang, tapi bisa jadi besar pengaruhnya. Setidaknya dengan kata-kata tersebut dapat menyenangkan hati mereka yang sudah berusaha melakukan sesuatu untuk kita kan?


Kapan Saya Akan Menikah?

Kapan Saya Akan Menikah?
Hmmm... Judulnya keliatan ngebet mau nikah banget ya?

Sebenarnya keinginan itu sudah ada sebelum Zakki jadi pacar saya. Mungkin karena faktor usia. Waktu itu saya masih berusia 21 tahun, yang artinya dalam waktu dekat sudah harus memikirkan yang seperti itu juga.

"Kenapa harus pacaran? Kenapa tidak langsung nikah saja? Tapi ya apa bener udah siap lahir batin? Menikah artinya sudah siap untuk benar-benar lepas dari orang tua, sudah siap melaksanakan sebuah amanah besar untuk membina sebuah keluarga. Apa iya, sudah benar-benar siap?" iitulah yang seringkali mampir dipikiran saya sesekali waktu.

Dan.. akhirnya dia datang mengisi hari-hari saya. Mulai dari konco plek sampai pacar. Saya tidak pernah membayangkan kalau akhirnya dia bisa ada untuk saya hingga 9 bulan ini. Mungkin tidak juga dengan dia.

Perjalanan kami ke jogja menjadi sebuah kenangan manis dalam hidup saya yang tak bisa terlupakan. Saya masih ingat ketika dia bertanya seperti ini..
"Kalau nanti suamimu gak sekaya suaminya saudara-saudaramu, derajatnya gak setinggi mereka, kamu mau?"
Saya sendiri heran, angin apa yang membawanya bertanya seperti itu. Saya cukup tau, dia ingin menjadi apa, dia ingin apa setelah lulus D4 nanti. Tapi mendengar pertanyaan itu, saya bahkan tidak berani untuk berspekulasi apa pun, dan hanya menjawab,"yang saya lihat bukan harta dan kedudukannya, tapi sebesar apa usahanya untuk menafkahi anak dan istrinya. Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana cara saya bisa tetap survive seperti yang selalu ibu ajarkan ke saya. Saya sudah lihat banyak contoh dari orang-orang terdekat saya dan saya tidak mau menjadi salah satu dari mereka."
Dia hanya diam mendengar jawaban saya. Seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Kenapa tanya begitu?" tanya saya.
"Gak papa."jawabnya.

Sebenarnya saya jadi galau karena itu. Apa iya, saya benar-benar bisa menjadi seperti yang saya katakan tadi? Semua yang saya tau, semua yang pernah saya lihat dan dengar itu hanya teori. Sedangkan praktiknya tentu saja tidka semudah yang tertulis di textbook. Dan jawaban itu muncul begitu saja..

Entah angin apa yang membuat saya memilih chanel trans tv dan menonton dengan khusyuk "Islam itu Indah". Padahal biasanya yang seperti itu sering saya anggap angin lalu. Kebetulan sekali, tema kajian hari itu adalah "Menikah itu Murah". Ini sedikit dari apa yang saya tangkap saat itu.

Siapa yang bilang kalau menikah itu mahal dan butuh biaya besar? Menikah itu murah. Karena yang paling penting dari pernikahan itu akad-nya bukan resepsi dengan biaya mahal.Siapa bilang harus mapan dulu baru menikah? Justru dengan menikah, Allah akan melipat gandakan rizki. Masing-masing orang itu sudah ada rizkinya masing-masing. Setelah menikah nanti, rizki yang di dapat suami itu ada rizki untuk istri juga. Begitu juga dengan istri. Itu kenapa setelah menikah rizkinya bisa makin lancar. Karena itu, jangan takut buat nikah. Menikah itu mudah. Menikah itu murah. Tapi jangan dimudah-mudahkan. Tetap ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Seperti wali untuk mempelai wanita. Kalau bapaknya masih hidup, wajib hukumnya untuk mencarinya dan itu tidak bisa diganti dengan orang lain. Bagaimana pun juga yang punya hak adalah ayahnya. Kecuali bila ayahnya sudah meninggal. Perwalian bisa diganti oleh kakak/adik laki-laki, bila tidak ada saudara laki-laki dari ayah, bila tidak ada lagi baru saudara laki-laki dari ibu.

Dari sana, seperti sudah memunculkan sebuah keyakinan baru di diri saya. Sepertinya setelah lulus nanti status pacaran ini, jangan terlalu lama melekat.

***

Beberapa hari yang lalu, dia mengenalkan saya dengan temannya mengaji di surau. Seorang pemilik bengkel kecil yang baru saja berdiri. Namanya Mas Ardi. Dan tentu saja tidak berhenti sampai berkenalan. Kami mengobrol banyak hal. Hmmm... Lebih tepatnya dia yang bercerita banyak. Menarik. Sampai pada sebuah pernyataan yang dilontarkan pada saya ketika Zakki pergi membeli ring untuk motornya.
"Pacaran itu gak usah lama-lama. Kalau bisa ya segera menikah. Pacaran lama-lama itu gak enak."
"Iya, Mas. Kalau aku se pengennya juga gitu. Gak usah lama-lama pacaran. Tapi kan banyak yang harus dipertimbangkan."
"Zakki-nya ya?"
Aku hanya diam.

Malamnya aku menceritakan pernyataan Mas Ardi padaku. Dia pun mulai bercerita tentang rencana-rencana yang sudah dibuatnya setelah lulus nanti. Bercerita tentang temannya yang baru lulus D3 tapi sudah berani menikah. Dan..
"Aku sering kepikiran gini, mbok ya ndang nikah sama Lelly, biar hidupnya lebih teratur terus memulai semuanya bareng-bareng. Tapi kalau dilihat-lihat dari semua faktor, mungkin 2,5 tahun lagi kita bisa jadi suami istri."

Semoga rencana itu bisa menjadi nyata. Semoga memang kamu orangnya. Semoga semuanya dimudahkan. Amin. :)

Lab TA Lantai 3 Gedung Baru PENS

Lab TA Lantai 3 Gedung Baru PENS
2013. Saya benar-benar berharap bahwa ini adalah tahun terakhir saya sebagai mahasiswi D4 Teknik Elektro Industri.

Lantai 3 Gedung Baru PENS, bagi saya adalah sebuah puncak yang harus saya daki hampir setiap harinya (agak lebay emang). Tapi di sinilah saya melukiskan jejak-jejak kaki, keringat, tangis, gembira, marah, sedih, dan bahkan putus asa. Di sini lah saya menghabiskan waktu terakhir saya (amin.).

Bagi saya, seorang mahasiswi yang menempuh kuliah di jurusan yang mayoritas laki-laki, menyelesaikan Tugas Akhir yang (sedikit) maskulin ini benar-benar membutuhkan kerja keras. Bila dulu ketika ada projek semester saya kebagian pembuatan proposal dan sedikit programming, kali ini semuanya saya harus melakukannya sendiri. Mulai dari kegiatan solder menyolder, angkat-angkat oscilloscope atau DC power supply yang lumayan berat, ngebor, gergaji, dan bla bla bla yang harus saya kerjakan sendiri. Pernah suatu kali ketika sudah berjalan hampir sebulan, tapi progres saya hanya sampai itu-itu saja. Lelah, itu pasti. Bahkan pengen nangis liat gambar di oscilloscope yang menampilkan gelombang yang tak sesuai harapan atau ketika hal yang paling mudah tak bisa dikerjakan (LCD tak muncul tulisannya).

Bila ditanya pada siapa saya harus berterima kasih, sulit. Karena terlalu banyak orang-orang yang berpengaruh dalam membantu saya, memberikan dorongan, memberi tenaga ketika saya terpuruk, bahkan mengajari saya dengan penuh kesabaran.

Lab TA Lantai 3 Gedung Baru PENS, di sinilah puncak yang harus daki berkali-kali untuk mengukir puncak yang baru yang saya nantinya akan saya persembahkan untuk dia dan dia yang sudah berjuang keras hingga saya bisa seperti sekarang. Kelulusan. :')