Allah itu Romantis

Allah itu Romantis

Allah itu romantis,
kau tak perlu meminta,
Dia akan menghangatkanmu dengan sinar mentari-Nya

Allah itu romantis,
tanpa perlu kau pinta,
Dia akan membelaimu dengan hembusan angin yang menyejukkan jiwamu

Allah itu romantis,
tanpa perlu kau pinta,
Dia membuatkan malam yang begitu indah dengan bintang-bintang dan bulan untuk menemani tidurmu,
hanya agar kau bisa tidur lebih lelap

Maha Besar Allah dengan segala kasih sayang-Nya pada kita yang bahkan sering kali kita lupakan

Renungan Kloset

Renungan Kloset
Ini salah satu puisi yang ada di bukunya Rieke Diah Pitaloka yang berjudul Renungan Kloset - dari cengkeh sampai utrech. Puisinya bagus, ngena banget. Buat yang belum pernah baca, aku tulis ulang isi puisinya..

Ada baiknya, tak mencatat hidup dalam lembar" buku hariansuatu masa,jika membacany lagimanis, membuat kita ingin kembalipahit, membuat duka tak bisa lupa
ada baiknya, mesenungi hidup dalam kloset yang sepitak perlu malu mengenang, tersenyum atau menangis
setelah itu, siram semuabersiap menerima makanan baruyang lebih baik dari kemarin
by:rieke diah pitalokarenungan kloset - dari cengkeh sampai utrech

Kalo dari apa yang aku tangkep nih (semoga aja gak salah tangkep), puisi ini ngajak pembacanya buat terus menatap masa depan. Gak perlu lagi nginget-nginget yang udah-udah. Ngajak kita buat terus move on dan galau berlebihan hanya karna kenangan pahit yang udah berlalu.

Di buku renungan kloset - dari cengkeh sampai utrech  ini ada banyak banget puisi-puisi yang dibuat sama Rieke. Banyak dari puisi-puisi itu cukup nohok juga. Gaya penulisannya yang ceplas-ceplos tapi kritis itu keren banget. Buat yang penasaran, silahkan cari bukunya. :)

Get lost

Get lost
in the nigt,
in the deepest blackest darkness..
I can't tell which is the sky..
.. and which is the ground.
I can't tell if a glow is from a flame..
.. or from starlight.
I can't distinguish one from the other.
Where is the place that I'm to go?
Could it be heaven?
Could it be hell?

Catatan Karang

Catatan Karang
ibu, dulu aku pernah bertanya dalam gelap.... apa beda sebutir air bening di ujung daun dengan sebutir debu di dinding kusam? dulu, tiada yang bisa memberi jawab. tidak ada. hari ini aku menemukan sendiri jawabannya. apa bedanya? tidak ada. sama sekali tak ada bedanya.... keduanya, sama-sama keniscayaan kekuasaan-Nya, keduanya sama-sama mensucikan, meski hakikat dan fisiknya jelas berbeda.

ibu, dulu aku pernah bertanya dalam sesak... apa bedanya tahu dan tidak tahu? apa bedanya kenal dan tidak kenal? apa bedanya ada dan tiada? apa bedanya sekarang dengan kemarin, satu jam lalu, satu menit lalu, satu detik lalu? dulu, tiada yang bisa memberi jawab. hari ini aku juga tetap tidak tahu begitu banyak dengan potongan pertanyaan. tapi tak mengapa. setidaknya tetap bisa melihat, mendengar, dan terus berpikir. ada banyak yang tidak lagi. tepatnya membutakan diri. menulikan kepala. atau membebalkan hati.

.......

ibu, rasa nyaman telah membuat orang-orang sulit berubah. celakanya, kami sering kali tidak tahu kalau kami sudah terjebak oleh perasaan nyaman itu.... padahal di luar sana, di tengah hujan deras, petir, guntur, janji kehidupan yang lebih baik boleh jadi sedang menanti. kami justru tetap bertahan di pondok reot dengan atap rumbia yang tampias di mana-mana, merasa nyaman, selalu mencari alasan untuk berkata tidak atas perubahan, selalu berkata 'tidak'....

ibu, rasa takut juga membuat orang-orang sulit berubah. celakanya, kami sering kali tidak tahu hampir semua yang kami takuti hanyalah sesuatu yang bahkan tidak pernah terjadi.... kami hanya gentar oleh sesuatu yang boleh jadi ada, boleh jadi tidak. hanya mereka-reka, lantas menguntai ketakutan itu, bahkan kami tega menciptakan sendiri rasa takut itu, menjadikan tameng untuk tidak mau berubah...

......

ibu, semua urusan in isedikit pun belum terlihat ujung terangnya... kalimat itu benar sekali, jika ingin menyembuhkan bisul, pecahkan saja sekalian! sakit memang. tapi cepat atau lambat bisul itu juga tetap akan pecah... berpikir terlalu panjang, berhitung terlalu rumit! padahal setelah bisulnya pecah, malah berseru lega. benar-benar omong kosong menyedihkan manusia yang setiap hari justru sombong atas kehebatan otaknya!!!

......

ibu, bagi musafir setelah melalui perjalanan jauh melelahkan, penuh sakit, sendiri, dan sesak, sebuah pemberhentian kecil selalu menjadi oase sejuk pelepas dahaga.... setelah keseharian yang penat, rutinitas yang menjemukan, sebuah kabar gembira kecil selalu menjadi selingan yang menyenangkan.... juga setelah semua penderitaan, semua rasa putus-asa melewati lorong panjang nan gelap, sebuah titik cahaya, sekecil apapun nyalanya, selalu menjadi kabar baik. janji-jani perubahan....

padahal itu selalu terjadi pada kami. pemberhentian kecil. kabar gembira. titik cahaya. setiap hari kami menemukannya. masalahnya kami selalu lalai mengenalinya, kecuali itu benar-benar sebuah kejadian yang luar biasa.... atau jangan-jangan kami terlalu bebal untuk menyadarinya, mengetahui pernak-pernik kehidupan selalu dipenuhi oleh janji perubahan...

ibu, kami juga lalai untuk mengerti, terkadang setelah pemberhentian kecil menyenangkan itu, justru jalanan menikung, penuh jurang dan onak telah siap menunggu. terkadang setelah selingan yang menyenangkan itu, beban dan rutinitas menjemukan semakin menyebalkan. terkadang setelah titik cahaya kecil itu, gelap-gulita sempurna siap mengungkung.. membuat semuanya semakin terasa sesak, sakit, dan penuh putus asa...

......

diambil dari penggalan-pengalan catatan kecil yang ditulis oleh pelaku dalam novel "Moga Bunda Disayang Allah"