Kapan Saya Akan Menikah?

Hmmm... Judulnya keliatan ngebet mau nikah banget ya?

Sebenarnya keinginan itu sudah ada sebelum Zakki jadi pacar saya. Mungkin karena faktor usia. Waktu itu saya masih berusia 21 tahun, yang artinya dalam waktu dekat sudah harus memikirkan yang seperti itu juga.

"Kenapa harus pacaran? Kenapa tidak langsung nikah saja? Tapi ya apa bener udah siap lahir batin? Menikah artinya sudah siap untuk benar-benar lepas dari orang tua, sudah siap melaksanakan sebuah amanah besar untuk membina sebuah keluarga. Apa iya, sudah benar-benar siap?" iitulah yang seringkali mampir dipikiran saya sesekali waktu.

Dan.. akhirnya dia datang mengisi hari-hari saya. Mulai dari konco plek sampai pacar. Saya tidak pernah membayangkan kalau akhirnya dia bisa ada untuk saya hingga 9 bulan ini. Mungkin tidak juga dengan dia.

Perjalanan kami ke jogja menjadi sebuah kenangan manis dalam hidup saya yang tak bisa terlupakan. Saya masih ingat ketika dia bertanya seperti ini..
"Kalau nanti suamimu gak sekaya suaminya saudara-saudaramu, derajatnya gak setinggi mereka, kamu mau?"
Saya sendiri heran, angin apa yang membawanya bertanya seperti itu. Saya cukup tau, dia ingin menjadi apa, dia ingin apa setelah lulus D4 nanti. Tapi mendengar pertanyaan itu, saya bahkan tidak berani untuk berspekulasi apa pun, dan hanya menjawab,"yang saya lihat bukan harta dan kedudukannya, tapi sebesar apa usahanya untuk menafkahi anak dan istrinya. Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana cara saya bisa tetap survive seperti yang selalu ibu ajarkan ke saya. Saya sudah lihat banyak contoh dari orang-orang terdekat saya dan saya tidak mau menjadi salah satu dari mereka."
Dia hanya diam mendengar jawaban saya. Seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Kenapa tanya begitu?" tanya saya.
"Gak papa."jawabnya.

Sebenarnya saya jadi galau karena itu. Apa iya, saya benar-benar bisa menjadi seperti yang saya katakan tadi? Semua yang saya tau, semua yang pernah saya lihat dan dengar itu hanya teori. Sedangkan praktiknya tentu saja tidka semudah yang tertulis di textbook. Dan jawaban itu muncul begitu saja..

Entah angin apa yang membuat saya memilih chanel trans tv dan menonton dengan khusyuk "Islam itu Indah". Padahal biasanya yang seperti itu sering saya anggap angin lalu. Kebetulan sekali, tema kajian hari itu adalah "Menikah itu Murah". Ini sedikit dari apa yang saya tangkap saat itu.

Siapa yang bilang kalau menikah itu mahal dan butuh biaya besar? Menikah itu murah. Karena yang paling penting dari pernikahan itu akad-nya bukan resepsi dengan biaya mahal.Siapa bilang harus mapan dulu baru menikah? Justru dengan menikah, Allah akan melipat gandakan rizki. Masing-masing orang itu sudah ada rizkinya masing-masing. Setelah menikah nanti, rizki yang di dapat suami itu ada rizki untuk istri juga. Begitu juga dengan istri. Itu kenapa setelah menikah rizkinya bisa makin lancar. Karena itu, jangan takut buat nikah. Menikah itu mudah. Menikah itu murah. Tapi jangan dimudah-mudahkan. Tetap ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Seperti wali untuk mempelai wanita. Kalau bapaknya masih hidup, wajib hukumnya untuk mencarinya dan itu tidak bisa diganti dengan orang lain. Bagaimana pun juga yang punya hak adalah ayahnya. Kecuali bila ayahnya sudah meninggal. Perwalian bisa diganti oleh kakak/adik laki-laki, bila tidak ada saudara laki-laki dari ayah, bila tidak ada lagi baru saudara laki-laki dari ibu.

Dari sana, seperti sudah memunculkan sebuah keyakinan baru di diri saya. Sepertinya setelah lulus nanti status pacaran ini, jangan terlalu lama melekat.

***

Beberapa hari yang lalu, dia mengenalkan saya dengan temannya mengaji di surau. Seorang pemilik bengkel kecil yang baru saja berdiri. Namanya Mas Ardi. Dan tentu saja tidak berhenti sampai berkenalan. Kami mengobrol banyak hal. Hmmm... Lebih tepatnya dia yang bercerita banyak. Menarik. Sampai pada sebuah pernyataan yang dilontarkan pada saya ketika Zakki pergi membeli ring untuk motornya.
"Pacaran itu gak usah lama-lama. Kalau bisa ya segera menikah. Pacaran lama-lama itu gak enak."
"Iya, Mas. Kalau aku se pengennya juga gitu. Gak usah lama-lama pacaran. Tapi kan banyak yang harus dipertimbangkan."
"Zakki-nya ya?"
Aku hanya diam.

Malamnya aku menceritakan pernyataan Mas Ardi padaku. Dia pun mulai bercerita tentang rencana-rencana yang sudah dibuatnya setelah lulus nanti. Bercerita tentang temannya yang baru lulus D3 tapi sudah berani menikah. Dan..
"Aku sering kepikiran gini, mbok ya ndang nikah sama Lelly, biar hidupnya lebih teratur terus memulai semuanya bareng-bareng. Tapi kalau dilihat-lihat dari semua faktor, mungkin 2,5 tahun lagi kita bisa jadi suami istri."

Semoga rencana itu bisa menjadi nyata. Semoga memang kamu orangnya. Semoga semuanya dimudahkan. Amin. :)
Previous
Next Post »
3 Komentar
avatar

Postingan yang bagus Lel.. tamparan juga sih buat aku, usia uda segini kerja uda punya tapi statusnya masih pacaran.
Kamu ndang slesekan kuliah wes ndang wes gak usah nunggu lama2 lagi.. :)

aku share tulisanmu yg kamu quote soal 'menikah itu murah' yes.

Balas
avatar

mbak kan udah dilamar. ditunggu ya undangannya :)

oke mbak. :)

Balas
This comment has been removed by a blog administrator. - Hapus