Nyanyian Bidadari


Dia tidak datang pada setiap purnama. Hanya ketika bulan penuh bersinar putih cerah. Seperti sekarang.
Tengoklah ke langit. Dia datang dari kahyangan, terbang dengan begitu anggunnya, mendarat tepat di depanku. Kulihat senyumnya yang begitu mempesona.

Cahaya bulan seakan hanya menyoroti sesosok wanita cantik ini. Bidadari itu, bernyanyi. Angin berhembus semilir, seakan tau apa yang harus dia lakukan. Memainkan alunan musik. Daun-daun yang begesakan. Batang bambu yang saling besentuhan. Gemericik air yang mengalir. Semua terdengar begitu menenangkan.

Suaranya. Alunan musik ini. Semua begitu mempesona. Ku pejamkan mataku. Ku biarkan diriku hanyut dalam perasaan damai yang menyelimutiku. Kubiarkan perasaan bahagia ini mengalir dalam setiap aliran darahku.

Sayup-sayup, suara itu mulai menghilang. Kubuka mataku perlahan. Dia, telah pergi. Hanya sebentar memang. Tapi sangat membekas di hati. Meninggalkan sebuah rasa damai dan bahagia yang tak kunjung hilang.

Dalam hati aku bertanya,"kapankah aku akan bertemu denganmu lagi, wahai bidadari?"
Previous
Next Post »
0 Komentar