Feodalisme

Di kamarku yang lengang. Seorang diri. Dan lagi-lagi pikiranku berkelana. Tentang apa yang terjadi dulu, tentang apa yang terjadi belakangan ini, dan tentang apa yang terjadi hari ini. Kondisi ini mengingatkanku pada sebuah kata yang aku dapat ketika aku mengikuti PSC (Pelatihan Steering Comitte) dulu. FEODALISME, penjajahan.Bagiku itu adalah sebuah lingkaran setan yang tak kunjung putus.

Beberapa hari yang lalu, baru saja aku menyelesaikan buku yang aku pinjam dari Bara. Judulnya Bumi Manusia karangan Pramoedya Ananta Toer. Di sana dikisahkan tentang sebuah roman yang terjadi pada masa   penjajahan Belanda dulu. Seorang pribumi akan tunduk kepada Tuannya, bahkan penghargaan kepada Tuannya itu lebih cocok dikatakan "menyembah". Pribumi satu akan tunduk dihadapan pribumi yang lain, yang mempunyai kasta yang lebih tinggi. Sedangkan pribumi berkasta tertinggi akan tunduk pada VOC.

Pribumi dengan kasta terendah...
Kasihan mereka. Berapa banyak tekanan yang mereka hadapi? 

Di buku yang lain, Sebelas Patriot karangan Andrea Hirata. Dikisahkan bahwa pribumi tak akan pernah menang dari Belanda. Tidak. Lebih tepatnya mereka tidak diijinkan untuk menang dari Belanda, bahkan untuk pertandingan kecil yang dilaksanakan di kampung-kampung kecil sekalipun. Bagi Belanda, kemenangan orang-orang pribumi adalah sebuah pemberontakan. Dan tentu saja, barang siapa yang berani memberontak, tidak peduli tua, muda, pria, ataupun wanita, dia akan diasingkan. Dipekerjakan di suatu tempat untuk waktu yang tidak bisa dihitung.

Sekarang..
Apa bedanya dengan yang dulu?
Sekarang memang Belanda sudah pergi menjauh..
Sekarang memang kasta-kasta sudah tak lagi menjadi budaya.
Tapi apakah feodalisme yang terjadi pada masa lampau sudah benar-benar terhapuskan?

Inilah gambaran kondisi bangsaku..
Yang berkuasa akan menjajah yang tak punya apa-apa. Yang kuat akan menjajah yang lemah. Kondisi seperti ini terjadi di mana-mana, diberbagai aspek. Bahkan dilingkungan pendidikan sekalipun. Senior menjajah Junior, disisi lain senior takut pada dosennya, dosen takut pada atasannya, dan begitu seterusnya.

Pertanyaannya, apakah memang mental kita sudah terbiasa untuk dijajah orang lain? Ataukah mereka yang tak tau diuntung, yang dengan semena-menanya memperlakukan buruk orang lain?
Jawabannya ada di kepala kita masing-masing. Terserah Anda mau menyalahkan diri sendiri ataupun justru menyalahkan orang lain dengan kondisi saat ini. Semua terserah Anda.

Bila Anda sudah puas dengan pikiran-pikiran yang bergelayut karena 2 pertanyaan di atas, silahkan tarik napas dalam-dalam dan siapkan diri untuk membaca apa yang aku tulis setelah ini.

***
Sebuah keyakinan pada diriku ini semoga saja bisa menular pada Anda. Aku yakin bahwa untuk bisa lepas dari lingkaran setan ini, hal utama yang dibutuhkan adalah sebuah KESADARAN. Kita harus sadar bahwa kita sedang dijajah. Bila tak jua sadar, bagaimana mungkin sebuah pemberontakan bisa terjadi.
Yang kedua adalah sebuah keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Disadari atau tidak, terkadang kita nyaman dengan kondisi yang disebut feodalisme ini. Kita mungkin saja terlalu nyaman dijajah atau menjajah. Bila memang demikian, itulah yang harus dirubah.
Jangan pernah takut untuk melawan arus. Jangan pernah takut untuk menjadi berbeda. Keep fighting. dan Semoga saja apa yang kita lakukan bisa selalu diberi kemudahan.
Previous
Next Post »
0 Komentar