Ketika ...

Senja mulai terbenam. Berbeda dengan tempat tinggalku yang sebelumnya, di sini setelah malam tiba justru lebih ramai dibandingkan siang hari. Tentu saja, ketika malam mulai tiba jalan ini menjadi pusat kuliner khusus untuk mahasiswa-mahasiswa perantau. Mulai dari yang punya kantong kelas bawah, menengah, hingga atas. Semua tersaji di sini. Komplit.

Ramai, ramai, dan ramai. Bukan hanya di luar sana. Tapi juga batinku. Mereka mulai ramai dengan berbagai kekhawatiran, nama kerennya galau. Sudah cukup lama kami bersama, tapi ternyata waktu yang lama itu tak menjamin bagaimana satu sama lain mengungkapkan keinginannya. Bukan berarti tak pernah dicoba, tentu saja berkali-kali sudah dicoba, tapi akhirnya selalu saja sama. Unsolve. Bukan tak bisa, tapi tak mau. 

Aku? Aku adalah satu-satunya orang yang amat sangat ingin berteriak sekencang-kencangnya di sebelah telinganya. Agar dia benar-benar mau mendengar.

Senja ini, masalah itu menyeruak kembali. Aku yang memicunya. Bodoh sekali sebenarnya menanyakan hal yang sama berulang kali, padahal sebenarnya aku tau benar apa yang akan dia jawab. "Gak mau. Nanti aja kalau waktunya udah pas."

Bisa saja aku memperpanjangnya, "mau sampai kapan? Hah?". Ingiiiiin sekali aku mengatakannya, tapi kali ini aku memilih diam. Aku sudah tau apa yang akan terjadi. Bahkan aku sudah menyalahkan diriku dan memaafkannya bila akhirnya dia mengatakan hal yang begitu mengecewakan sekaligus mengkhawatirkan. Melupakan dan mengerjakan hal lain justru lebih baik dibanding harus memperpanjang situasi ini. Ya. Tentu saja karna aku hanya akan menyakiti diriku sendiri.

Ini memang tak seperti biasanya. Mungkin dia menyadari hal ini. Mulai mengolah kode-kode yang aku berikan padanya beberapa hari terakhir. Mulai memikirkan.

Bip.
From : Z. (+85673xxxxxxx)
kamu mau aku ke rumahmu? kamu pengen tak kenalin ke keluargaku?

To : Z. (+85673xxxxxxx)
iya

From : Z.(+85673xxxxxxx)
ayo pacaran yang bener yuk kalo gitu.. yang lebih baik :)

Sebenarnya aku tak terlalu mengerti maksudnya. Tapi dari apa yang bilang, sepertinya itu pertanda baik. Aku bisa merasakannya. Sekalipun aku tak mengerti, aku bahagia saat membacanya.  
Previous
Next Post »
0 Komentar